Kampus ITS, ITS News – Guna mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang ke-empat, yaitu menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata, serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua orang maka perlu kiat-kiat yang harus dilakukan. Menanggapi hal tersebut, Dr Rex A Lim menyampaikan cara untuk mencapai tujuan SDGs tersebut, dengan membuat pendidikan tetap berkualitas meskipun secara daring.
Guest Lecture Series (GLS) yang digelar oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Global Engagement (GE) pada Selasa (5/10) ini mengangkat tema No Child is Left Behind yang berarti tidak ada anak yang ditinggalkan. Rex mengatakan bahwa penutupan sekolah akibat pandemi telah merusak kurikulum pembelajaran siswa. Akibatnya, anak-anak yang tidak dapat mengakses pembelajaran jarak jauh terpaksa tidak melanjutkan pendidikannya. “Serta mereka rentan untuk tidak kembali ke sekolah dan lebih memilih untuk bekerja,” terangnya.
Maka dari itu, guru asal Filipina ini memiliki beberapa cara untuk memastikan pendidikan tetap berkualitas. Salah satu diantaranya adalah dengan menerapkan Kurikulum Inklusif yang dapat mempertimbangkan kebutuhan semua peserta didik. “Semua orang pada dasarnya jenius, tetapi jika membandingkan kemampuan ikan dan gajah untuk berenang, maka sampai kapan pun gajah akan tetap dianggap tidak pintar seumur hidupnya,” ucap Rex.
Rex mengungkapkan kurikulum pembelajaran seharusnya lebih fleksibel, tetapi tidak menurunkan standar kurikulum yang sudah ada. Yakni dengan memasukkan inklusivitas (pembelajaran mengacu pada kemampuan siswa) dan nilai-nilai demokrasi ke dalam kurikulum, yang mana akan bergeser dari ilmu pengetahuan menjadi kompetensi bakat siswa. Menurutnya, beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) telah menerapkan kurikulum pra-kuliah untuk menentukan bakat dan minat para siswa sebelum mereka terjun ke dunia perkuliahan.
Pembelajaran inklusif memiliki nilai inti dan kebutuhan kompetensi tersendiri dalam pelaksanaannya. Diantaranya yaitu selalu mendukung para siswa, bekerja sama dengan pihak terkait atau keluarga siswa, menghargai keragaman siswa, dan mengembagkan secara menyeluruh dan profesional. Di sisi lain, guru juga memerlukan dukungan dalam menjalankan pembelajaran inklusif. Dengan cara berhenti menyalahkan guru yang kelelahan, terlalu banyak bekerja, dan kewalahan dalam mengurus siswa. “Karena hal tersebut dapat memberikan tekanan kepada guru,” ungkap Rex.
Rex berharap bahwa pada masa kini yang mengharuskan tiap individu untuk menguasai setidaknya enam kemampuan. Diantaranya adalah berpikir kritis, kreatif, memiliki skill komunikasi, berkolaborasi, menjalin relasi, dan memiliki growth mindset. Rubrik penilaian siswa seharusnya fokus pada bagaimana cara siswa memecahkan masalah tersebut. “Maka dari itu, melalui pembelajaran inklusif, siswa dapat mengekspor berbagai macam disiplin ilmu,” tegasnya. (*)
Reporter : ion29
Redaktur : Najla Lailin Nikmah
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan