Kampus ITS, ITS News – Wireless Sensor Network (WSN) saat ini sedang berkembang sangat pesat dan diprediksi akan mengalami kemajuan hingga 20 tahun ke depan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Prof Rachel Cardell-Oliver pada acara Guest Lecture, Jumat (15/10). Acara tersebut merupakan kerja sama antara Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan dengan University of Western Australia (UWA).
Dalam acara yang bertema penggunaan WSN dengan akurat dan biaya terjangkau, pria yang akrab disapa Rachel mengatakan, WSN merupakan teknologi yang baru dan mudah dikembangkan. Teknologi ini dapat melakukan proses sensing, kontrol, dan komunikasi untuk memonitor lingkungan sekitar. “WSN dapat berupa node atau sensor untuk mengambil dan melakukan pengolahan data untuk dikirim ke node lain,” sambungnya.
Adapun riset yang berkembang saat ini, menurut Rachel adalah riset yang membuat WSN menjadi lebih efisien. Dengan bantuan teknologi yang berkembang, WSN dibuat menjadi lebih akurat, biaya yang terjangkau, hemat energi, dan perawatan yang mudah. “Tentunya akan lebih baik lagi ketika daya tahan dan kemampuan WSN dapat dipantau secara realtime dengan aplikasi,” lanjutnya.
Menurut Rachel, WSN dapat dilakukan digunakan dimana saja seperti ladang, hutan, bangunan besar, kawasan pedesaan, dan perkotaan. Salah satu kelebihan yang dimiliki WSN menurut Rachel adalah WSN tidak membutuhkan jaringan kabel untuk menghubungkannya. “Untuk menghubungkan jaringan WSN, pengguna dapat melakukan menggunakan sinyal radio,” tambahnya.
Dengan berkembangnya WSN, tambah Rachel, harga alat sensor akan menjadi lebih terjangkau dan mudah untuk ditemukan. Pilihan komunikasi yang digunakan pun akan menjadi beragam karena ada jaringan Bluetooth, radio, dan telepon seluler. “Selain itu, untuk penyimpanan akan dimaksimalkan dengan menggunakan sistem cloud,” lanjut alumnus yang mengambil doktoral di Universitas Cambridge.Sensor yang Profesor Rachel digunakan untuk riset mengenai WSN
Rachel Menjelaskan, dalam membangun WSN, pengguna harus mengumpulkan data terlebih dahulu melalui sensor lunak. Selanjutnya akan dilakukan prediksi dengan uji regresi atau machine learning. Apabila terdapat kesalahan baru maka hasil prediksi akan disebarkan menggunakan sensor sentinel. “Apabila prediksi yang dilakukan tidak akurat, maka jaringan WSN harus dikonfigurasi ulang,” paparnya.
Rachel bercerita bahwa di UWA, rise mengenai WSN telah dilakukan seperti membuat jaringan sensor bawah tanah pada lahan pertanian dengan menerapkan perawatan yang murah dan mudah. Massachusetts Institute of Technology (MIT) juga telah mengembangkan WSN melalui penginderaan tanpa kontak melalui sinyal wifi untuk pengobatan penyakit malaria dan Alzheimer. “Dengan perkembangan WSN ini, diharapkan semakin banyak teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia,” pungkasnya. (*)
Reporter : ion29
Redaktur : Muhammad Ainul Yaqin
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan