Kampus ITS, ITS News – Dunia perbisnisan saat ini telah menjamur di kalangan masyarakat. Namun, banyak dari bisnis tersebut gagal dan hanya bertahan beberapa bulan saja. Membuka bisnis tidak sekadar mencoba keberuntungan tetapi perlu ada perencanaan yang matang. Suatu bisnis bisa dikatakan sukses apabila memenuhi 3 pilar sukses. Ketiganya ialah, omzet dan profit besar, sistematis, serta brand yang kuat.
Dalam gelaran workshop yang diadakan Hult Prize Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Anthony Soehartono, Founder dan Director BrandPartner mengatakan, untuk meraih omzet dan profit yang besar ada tiga strategi. Pertama ialah memerhatikan volume, yaitu memiliki profit yang rendah namun volume arus keluar masuk uang tinggi. Kedua, margin yang merupakan kebalikan dari volume dimana memiliki profit tinggi tetapi volume rendah. “Ketiga, value yakni baik profit maupun volumenya tinggi, strategi ini merupakan pilihan yang terbaik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, menurut Anthony, suatu bisnis yang sukses harus memiliki sistem dan terorganisir dengan jelas. Ia meyakini bahwa bisnis-bisnis yang berhasil adalah bisnis yang mempunyai sistem dan pembagian kerja yang jelas. “Inilah bedanya bisnis dan dagang, dimana dalam dagang, segala sesuatu dikerjakan oleh satu orang tanpa adanya pengorganisiran yang jelas,” sambungnya.
Selain kedua hal tersebut, penting pula bagi suatu bisnis untuk mempunyai brand yang kuat. Strategi bisnis yang dapat diterapkan untuk membangun brand adalah differentiation yang berfokus pada emotional values, value seekers, long term, dan loyalty. Saat ini, konsumen dihadapkan dengan banyaknya pilihan namun mereka hanya memiliki waktu yang singkat. “Oleh sebab itu, membangun brand dan menjadi berbeda adalah suatu hal yang wajib dilakukan jika ingin bisnis seseorang dilirik konsumen,” tekan Anthony.
Lelaki yang juga merupakan Founder and Creative Director of Digimaru ini tak lupa membagikan tiga langkah konkret membangun brand yang kuat dalam bisnis. Yaitu, mengetahui siapa customer dalam suatu bisnis, menentukan persepsi seperti apa yang ingin dibangun, serta menciptakan touchpoints yang dapat membentuk persepsi tersebut. “Brand adalah persepsi audiens dan tugas kita adalah mengontrolnya, mau seperti apa bisnis kita dikenal oleh masyarakat,” imbuhnya
Anthony menuturkan jika pada tahun 2017, terdapat lebih dari 400 ribu toko online baru yang saling bersaing. Menurutnya, banyak dari 400 ribu toko tersebut yang membuka bisnis tanpa strategi dan hanya mencoba coba mengikuti tren sehingga dalam setahun hanya tersisa kurang dari empat ribu toko yang bertahan. “Jadi, jika kalian ingin mempunyai bisnis yang berkelanjutan (sustain), pastikan kalian mempunyai strategi,” pesannya menutup acara. (*)
Reporter: Tyara Novia Andhin
Redaktur: Muhammad Faris Mahardika
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan