Kampus ITS, ITS News – Feminisme merupakan suatu gerakan untuk memperjuangkan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan yang kini menjadi fenomena hangat. Namun, pemahaman mengenai feminisme ini seringkali masih salah dimengerti. Mengupas tuntas cara bijak muslimah dalam menyikapi feminisme, Kajian Islam Nurul Ilmi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (KINITS) menggelar kajian kemuslimahan bertajuk Bagaimana Muslimah Menyikapi Feminisme, Ahad (17/10).
Psikolog Sinta Yudisia menyebutkan, feminisme mengarahkan fokusnya pada penindasan laki-laki terhadap perempuan. Feminisme juga berusaha menggempur adat istiadat dan hukum yang secara tidak adil membatasi kebebasan dan kemajuan perempuan. Misalnya, kesempatan untuk memperoleh pendidikan, persaingan dalam lapangan kerja, pembagian upah dan lain-lain.
Namun, realitanya, pemahaman mengenai feminisme seringkali masih salah dimengerti. Maka dari itu, Sinta beranggapan bahwa perlu tingkat kesadaran yang lebih tinggi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan mengenai feminisme. Ia berpendapat, feminisme bukan sebuah tindakan yang tabu, namun memang memerlukan waktu yang panjang agar orang-orang bisa memahami makna feminisme itu sendiri.
Dalam perspektif Islam, feminisme dapat dipandang sebagai sebuah penyetaraan supaya tercipta perlakuan adil terhadap kaum perempuan sebagai makhluk Allah SWT. Bahkan, para cendekiawan muslim dan ulama menganggap, feminisme tidak menjadi masalah dalam islam karena prinsipnya memiliki hubungan dengan teologi islam. “Terutama teologi penyetaraan laki-laki dan perempuan guna mewujudkan kehidupan yang adil,” sebut Sinta menjelaskan.
Menurut Sinta, ada beberapa cara bijak dalam menyikapi feminisme. Pertama, memahami peran wanita. Sebagai seorang wanita, hakikat peran utamanya adalah sebagai anak, istri, dan seorang ibu. Kedua, latih kemandirian dan ketangguhan, pantang menyerah dan semangat dalam selalu berusaha bagi setiap wanita. Seorang wanita perlu banyak belajar dan banyak bertemu orang. Ketiga, belajar teamwork, berukhuwah, dan berjemaah, “Mari tingkatkan kapasitas diri sebagai individu supaya dapat menghadapi ideologi-ideologi feminisme,” pungkas Sinta menutup sesi kajian. (*)
Reporter: ion27
Redaktur: Muhammad Faris Mahardika
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di