ITS News

Selasa, 19 November 2024
18 Oktober 2021, 11:10

Mengenal Industri Musik dan Produksi Dibaliknya

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Nawafi Amiril Umam menjelaskan sejarah musik dan bagaimana cara memproduksi musik.

Kampus ITS, ITS News Musik adalah hal yang tidak asing di telinga kita. Segala lapisan usia mempunyai selera musiknya masing-masing. Mulai dari musik era 90-an yang tidak kalah jaman, musik 2000-an, yang setia didengarkan, hingga musik modern yang kerap dinikmati kawula muda. Di balik indahnya musik, rupanya ada sejarah yang menarik diulas dan proses rumit dalam produksi di baliknya.

Menurut Nawafi Amiril Umam, musisi yang tergabung dalam ITS Jazz Surabaya, industri musik merupakan satu bidang bisnis yang memperjualbelikan suatu komposisi, rekaman, atau hal lain yang mengaitkan bisnis dengan musik. lebih lanjut, perkembangan industri musik di Indonesia dibagi menjadi tiga. Yang pertama adalah periode tahun 1900-an, periode tahun 1975-2005, dan periode 2010 hingga sekarang.

Laki-laki yang dipanggil Nawaf ini menjelaskan industri musik di tahun 1990an masih dalam bentuk piringan hitam atau vinyl. Proses produksi piringan hitam ini sangat terbatas karena menggunakan pita hitam. Menurutnya, kesabaran musisi di masa tersebut patut diacungi jempol. “Jika terdapat kesalahan saat rekaman, maka harus mengulang lagi dari awal,” ujar laki-laki yang gemar bermusik sejak kecil tersebut.

Nawafi Amiril Umam membagi perkembangan industri musik di Indonesia menjadi tiga.

Selanjutnya, saksofonis dari ITS Jazz Surabaya ini menjelaskan, era musik periode tahun 1975-2005, industri musik mulai berkembang ke arah digital. Muncul teknologi-teknologi penunjang produksi seperti alat rekaman, kamera, dan lain sebagainya. Nawaf menyebutkan, dua ciri khas dari musik era ini ialah karya musik dapat dinikmati secara audio maupun visual. Ciri khas yang kedua adalah musisi menjual karyanya dalam bentuk satu album fisik. “Pendengar bisa tahu semua lagu dalam album, tidak seperti sekarang,” imbuhnya.

Nawaf menjelaskan jika era industri musik modern dimulai tahun 2010 sampai dengan sekarang. Era ini ditandai dengan tidak adanya label rekaman yang menggunakan pita hitam maupun piringan hitam. Semua sudah menggunakan DAW digital. Youtube, Spotify, iTunes, maupun platform lainnya menjadi media promosi industri musik. Musisi juga bisa merilis satu lagu tunggal (single) alih-alih album seperti di era sebelumnya. Era ini juga dinilai Nawaf sebagai era kebangkitan para musisi. “Regulasi Undang-undang mengenai hak cipta sudah diatur dengan baik,” tambahnya.

Nawafi Amiril Umam menjelaskan proses-proses produksi musik.

Sementara itu, dalam proses pembuatan musik, menurut Nawaf, tahap pertamanya ialah penggalian ide. Dari 11 tangga nada, seorang produser harus menciptakan musik yang unik dan mempunyai ciri khas. Dalam hal ini, Nawaf menyarankan untuk menciptakan musik saat sedang merasakan sesuatu yang berkesan agar mempermudah munculnya ide. Nawaf berpendapat, kesulitan dalam proses inilah yang membuat musik menjadi mahal.

Proses yang selanjutnya adalah rekaman. Biaya untuk membeli alat rekaman memang tidak murah. Meski demikian, menurut Nawaf, ada tips untuk membeli alat yang terjangkau dahulu bagi seorang pemula. Langkah ketiga adalah menentukan tujuan pembuatan musik. Kita harus tahu untuk siapa musik itu diciptakan. Setelah tahu objek tujuan musik, langkah terakhir adalah menentukan target pasar sesuai objek tadi. “Bisa dimulai dengan promosi di media sosial,” ujar laki-laki yang juga tergabung dalam Band Wedding Surabaya ini.

Sebelum menutup materi, Sabtu (9/10), Nawaf menegaskan semua musik mempunyai telinganya sendiri. Oleh karenanya, selama target pasarnya tepat maka musik akan terus laku di pasaran. Menurut hemat Nawaf, tidak perlu takut untuk mulai membuat musik dan menjajakannya. “Tidak perlu menjadi hebat untuk memulai. Kita hanya perlu memulai untuk menjadi hebat,” pungkasnya bijak. (*)

Reporter: ion20
Redaktur: Muhammad Faris Mahardika

Berita Terkait