Kampus ITS, ITS News – Sivitas Akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tidak henti-hentinya menelurkan ide dan inovasi di tengah situasi pandemi yang masih melanda saat ini. Hal tersebut dibuktikan oleh Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Tematik dari Departemen Desain Interior ITS yang berhasil merancang bangun produk lemari disinfektan Alat Perlindungan Diri (APD) berbasis sinar Ultraviolet C (UV-C) untuk puskesmas.
Tim terdiri dari gabungan antara lima dosen dan tiga mahasiswa yang kesemuanya berasal dari Departemen Desain Interior ITS. Kelima dosen tersebut adalah Caesario Ari Budianto ST MT, Dr Mahendra Wardhana ST MT, Anggra Ayu Rucitra ST MMT, dan Okta Putra Setio Ardianto ST MT. Sedangkan, mahasiswa Departemen Desain Interior yang juga berperan sebagai anggota tim adalah Zahra Ayudhia Pawestri, Ailsashofa Alfadhila, dan Nabila Izzati Jannah.
Ketua tim, Caesario Ari Budianto ST MT menjelaskan, saat ini keberadaan perlengkapan APD bagi tenaga kesehatan (nakes) merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha mencegah dan mengendalikan infeksi Covid-19. Namun, ketersediaan APD di puskesmas dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan APD, ditambah dengan tidak adanya fasilitas pembersihan APD yang memungkinkannya untuk digunakan kembali.
Dosen yang akrab disapa Rio ini menerangkan, dari permasalahan tersebut timbul ide untuk membuat alat disinfektan APD untuk memanfaatkan APD yang sebenarnya dapat digunakan lebih dari sekali. Dengan ini, Rio mengatakan bahwa pemborosan APD dapat dicegah sehingga pemanfaatannya dapat lebih efisien. “Kemudian dari hasil kajian yang dilakukan kami memilih Puskesmas Jetis di Kabupaten Ponorogo berhak menggunakan lemari disinfektan ini,” imbuhnya.
Sedangkan teknologi UV-C dipilih, menurut Rio, karena sinar UV-C secara alamiah dapat mengurai beberapa macam bakteri dan virus. UV-C sendiri sudah dikenal sebagai perantara disinfektan untuk proses sterilisasi alat. Namun, pada prosesnya UV-C tidak bisa langsung dipaparkan ke manusia, hanya terbatas pada benda.
Selain itu, lanjutnya, sifat alami UV-C yang mengubah udara yang disinarinya menjadi Ozon (O3) ini bersifat berbahaya jika terhirup. Namun setelah dinonaktifkan, udara yang kaya akan Ozon tersebut akan terpecah kembali menjadi atom hidrogen dalam waktu yang cepat. “Dari pertimbangan itu, bisa kami simpulkan bahwa penggunaan UV-C cukup aman serta mudah untuk dikendalikan,” paparnya.
Salah satu anggota tim, Okta Putra Setio Ardianto ST MT mengungkapkan, lemari disinfektan ini unik karena dalam pembuatannya juga memperhatikan estetika dan kemudahan penggunaan. Lemari ini dirancang dengan material kayu di bagian eksterior agar desainnya tidak kaku seperti produk fabrikasi pada umumnya. “Produk ini dibuat agar nampak seperti sebuah furnitur yang menjadi satu dengan ruangan,” terangnya.
Dari sisi kemudahan penggunaan, lemari ini dilengkapi dengan interface tombol yang sederhana serta sudah diatur sesuai dengan kebutuhan. Total, terdapat tiga tombol yang masing-masing digunakan untuk menghidupkan lemari dalam waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. “Pengguna tinggal menghidupkan lemari dengan cara memencet tombol sesuai preferensi, kemudian tinggal menunggu proses pembersihan selesai dan mati dengan sendirinya,” tambahnya.
Kombinasi tersebut, menurut Okta, membuat lemari disinfektan ini secara psikologis memberi kesan hangat saat dipandang dan membuat nakes menjadi lebih rileks dalam bekerja. Bahkan, ketika desain lemari tersebut ditunjukkan kali pertama kepada para nakes di Puskesmas Jetis tersebut yang seperti memberikan surprise karena desainnya tidak seperti yang dibayangkan. “Mereka bilang bagus, tidak kelihatan seperti alat kesehatan biasanya, bahkan ditempatkan di ruangan dekat ruang pelayanan,” ungkap Okta.
Okta menerangkan, pada saat kali pertama dikirimkan ke Puskesmas Jetis, timnya sempat melakukan briefing dan pelatihan singkat secara verbal mengenai panduan penggunaan lemari disinfektan tersebut kepada nakes Puskesmas Jetis. Karena penggunaannya yang mudah dan simpel, Okta menuturkan bahwa nakes tidak menemui kesulitan ketika lemari tersebut difungsikan dan diuji coba oleh nakes untuk kali pertama.
Di akhir, Rio dan tim akan mempertimbangkan feedback yang diberikan oleh nakes terhadap lemari disifektan ini selama masa operasionalnya di Puskesmas Jetis. Dari sana, ia ingin model lemari disinfektan selanjutnya dapat dibuat lebih ringkas, lebih simpel, dan dapat dibongkar pasang untuk memudahkan mobilitas pemindahannya. “Ini sesuai dengan tujuan kami untuk membuat produk ini bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat,” tandasnya. (HUMAS ITS)
Reporter: Ferdian Wibowo
Kampus ITS, ITS News – Tim MedPhy.Edu Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Fantom
Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif