Kampus ITS, ITS News – Karena adanya pandemi, penjualan hasil buah-buahan yang berlimpah dari Desa Cepokolimo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto mengalami penurunan drastis. Menyikapi hal itu, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan suatu alat inovasi berupa pemanas elektrik guna meningkatkan nilai jual buah di desa tersebut
Dosen pendamping dari tim KKN Abmas ITS Prof Drs Basuki Widodo MSc PhD mengatakan bahwa pemanas elektrik ini bermanfaat bagi warga desa karena mampu menurunkan permasalahan limbah makanan (food waste). Lebih detail, alat inovasi ini dapat digunakan untuk mengeringkan daging buah hasil produksi warga. “Kemudian akan diolah menjadi jenis makanan baru yaitu fruit leather,” terangnya.
Fruit Leather ini berbentuk lembaran tipis dengan tekstur seperti plastik dan kenyal. Selain itu, fruit leather ini memiliki rasa manis tanpa menghilangkan ciri khas rasa asli dari buah. Adanya inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan umur simpan serta meningkatkan penganekaragaman pengolahan pangan. “Dengan begitu, Desa Cepokolimo dapat meningkatkan nilai jual buah mereka,” ucap guru besar Departemen Matematika tersebut.
Berdasarkan pernyataan dari alumnus doktoral Leeds University, Inggris ini, pemanas listrik tersebut menyerupai sebuah mesin oven dengan kapasitas yang cukup besar. Mesin yang sanggup memuat sekitar 15 loyang ini memiliki dimensi dengan panjang 90 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 75 cm. “Alat ini diciptakan dalam kurun waktu tiga minggu dan dalam mendesain alat butuh waktu empat hari,” ujar Basuki lebih detail.
Pemanas elektrik ini memiliki konsep elemen pemanas tubular (tubular heating element) dengan menggunakan gulungan kawat pengikat koil. Adapun kawat tersebut dimasukkan ke dalam pipa dan dituang bersama bubuk isolator. Hal tersebut dinilai dapat meneruskan panas dan menjadi isolator yang baik, sehingga arus listrik tidak menembus dan mengalir pada pipa pembungkusnya. Material pipa yang digunakan untuk membungkus pemanas tubular adalah stainless steel 30 milimeter.
Selain itu, tim KKN Abmas ITS ini juga menggunakan thermostat elektrik yang berfungsi untuk menjaga suhu agar tetap konstan. Thermostat akan memutus daya jika suhu yang dihasilkan oleh pemanas tubular mencapai lebih dari 80 derajat celcius. Jika suhu yang diberikan oleh pemanas tubular menurun, maka daya akan kembali menyala secara otomatis. “Mesin ini memerlukan daya sebesar 600 watt dan memerlukan waktu sekitar 12 jam,” jelas Basuki
Di akhir, Basuki mengungkapkan harapannya terkait adanya penciptaan alat pemanas elektrik ini. Ia berharap masyarakat Desa Cepokolimo dan desa lain penghasil buah-buahan dapat meningkatkan kualitas olahan buah mereka. “Sekaligus dapat mengurangi terjadinya food waste di lingkungan desa,” pungkasnya. (HUMAS ITS)
Reporter: Bima Surya Samudra
Redaktur: Najla Lailin Nikmah
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan