Kampus ITS, ITS News – Banyak petambak di Indonesia sangat membutuhkan informasi mengenai parameter kualitas air tambak untuk meningkatkan kualitas hasil tambaknya. Guna membantu hal tersebut, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) membuat alat ukur parameter kualitas air.
Terdiri dari 15 orang, mereka adalah mahasiswa asal Departemen Teknik Fisika ITS. Diketuai oleh Fikri Nurhidayat, tim KKN ini membuat alat ukur parameter kualitas air yang dikhususkan untuk menentukan kualitas air sehingga dapat memonitoring kondisi kualitas air yang tepat. “Alat ini ditujukan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil tambak, khususnya para petambak yang ada di Kabupaten Gresik,” jelas Fikri.
Ia mengatakan bahwa sebelum memulai membuat alat ukur parameter kualitas air, timnya melakukan Analisis Kondisi Lingkungan (AKL) dan beberapa riset pada Juni 2021. Tidak hanya itu, mereka juga melakukan pengambilan sampel air di Desa Kemangi, Kecamatan Bungah sebagai bahan uji. “Setelah memiliki beberapa informasi dan bahan uji, barulah kami mulai merancang pembuatan alat tersebut,” ungkapnya.
Mahasiswa angkatan 2018 ini mengatakan bahwa tidak seperti alat ukur parameter kualitas air pada umumnya, alat parameter yang dibuat timnya akan terhubung dan termonitor secara Internet of Things (IoT). Alat ini dapat terhubung dengan aplikasi blynk di smartphone para pengguna. “Dengan begitu, para petambak tidak perlu ke lapangan untuk melakukan pengecekan terutama saat cuaca sedang tidak mendukung,” paparnya.
Tidak hanya itu, Fikri menambahkan keunikan lain dari alat ukur yang dibuat timnya. Ia menyebutkan bahwa parameter yang diukur dalam alat ini tidak hanya satu melainkan tiga parameter. Yakni salinitas, kadar oksigen, dan suhu. “Hal tersebut juga menjadi salah satu keunggulan dari alat yang kami buat dibanding dengan alat ukur parameter kualitas air pada umumnya,” tandas mahasiswa asal Jakarta ini.
Dalam penggunaanya, Fikri menjelaskan bahwa para petambak harus menyiapkan kartu Subscriber Identity Module (SIM) yang memiliki data internet untuk menyalakan alat tersebut. Setelah itu, alat ukur parameter kualitas air ini dapat diletakkan di air tambak. Kemudian pembacaan dapat dilihat melalui aplikasi blynk yang telah terhubung di smartphone masing-masing atau juga dapat langsung dilihat pada indikator yang tertera di alat tersebut.
Mahasiswa kelahiran tahun 2000 ini mengatakan bahwa alat yang telah dibuat sejak Juli 2021 tersebut kemudian harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. Ia dan timnya datang ke tambak untuk memastikan agar alat dapat berfungsi dengan baik dan benar. “Setelah dipastikan alat dapat mengukur dengan baik maka selanjutnya adalah penyuluhan dan penyerahan alat,” jelasnya.
Fikri menyampaikan bahwa penyuluhan alat ukur parameter kualitas air dilakukan secara langsung di Balai Desa Kemangi, Kecamatan Bungah, Gresik pada akhir Oktober lalu. Dalam gelarannya tersebut, tim KKN ITS juga menjelaskan kepada para petambak mengenai cara perawatan dan penggunaan alat dan aplikasi blynk yang terhubung di smartphone. “Adapun penyerahan alat ini rencananya akan dilakukan di pertengahan November ini,” tuturnya.
Alumnus MAN 9 Jakarta ini berharap, dengan adanya alat ini dapat mempermudah para petambak di Gresik untuk memonitoring kondisi kualitas air. Dengan begitu, para petambak dapat memperoleh kualitas dan kuantitas hasil tambak yang baik. “Tidak hanya itu, bagi para mahasiswa semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal agar lebih siap dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat setelah masa perkuliahan,” pesannya. (HUMAS ITS)
Reporter: Nadila Wulan Cahyani
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan