Nganjuk, ITS News – Porang merupakan tanaman berumbi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat-obatan, hingga kosmetik. Oleh karena itu, tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan penyuluhan guna meningkatkan hasil produksi dan daya jual umbi porang kepada masyarakat di Desa Blongko, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur selama delapan bulan, berakhir November lalu.
Ketua Program Abmas ITS, Dr Ir Eko Nurmianto MEngSc menuturkan jika penyuluhan di Desa Blongko ini dibagi dalam beberapa pelatihan. Pelatihan pertama, tim Abmas ITS menerima aspirasi petani porang melalui kuesioner yang digunakan untuk membangun strategi pengembangan. Selanjutnya, diadakan pelatihan kewirausahaan, budidaya, pengemasan, hingga manajemen pemasaran dalam berbisnis porang.
Tak hanya itu, tim Abmas ini juga mengadakan pelatihan pengolahan aneka makanan berbasis porang. Umbi tersebut berhasil diolah oleh masyarakat Desa Blongko menjadi bakso, jeli, mi, dawet, hingga naget porang. Selain produk olahan yang dipasarkan ke masyarakat, umbi porang disuplai ke pabrik porang terbesar di Nganjuk untuk diproses menjadi keripik (chips) serta tepung porang dan diekspor.
Lebih lanjut, bersama dengan lima dosen lainnya, yaitu Dr Dewi Hidayati SSi MSi, Dr Drs Soehardjoepri MSi, Dr Ir Bambang Sampurno MT, Mashuri SSi MT, dan Muhammad Nurif SE MT serta 15 mahasiswa Koordinasi Daerah (Korda) Nganjuk, Eko juga memberikan mesin pencacah untuk membuat pupuk yang dapat membantu pembudidayaan porang masyarakat. “Mesin pencacah ini sangat efisien dan portabel untuk digunakan para petani,” ungkap ahli ergonomi tersebut.
Bagi dosen Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS tersebut, tidak banyak kendala yang dialami dalam kegiatan penyuluhan. Hal ini lantaran didukung oleh potensi Desa Blongko dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang terdidik. “Saya menyebut desa ini Desa Jampitapor, desa yang kaya dengan jamur, talas, pisang, dan porang,” ungkapnya sambil tersenyum.
Usai pelaksanaan kegiatan tersebut, Eko berharap Desa Blongko dapat menjadi pusat pembelajaran bagi Departemen Studi Pembangunan ITS dan wilayah pengembangan wirausaha bagi mahasiswa ITS secara umum. “Semoga kelak akan lebih banyak pengembangan wirausaha di desa ini untuk memajukan masyarakatnya,” pungkasnya.(*)
Reporter: Fathia Rahmanisa
Redaktur: Sofyan Abidin
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)