Kampus ITS, ITS News – Kecelakaan transportasi laut di Indonesia masih menjadi isu yang menarik akhir-akhir ini. Untuk itu, sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan meningkatkan keselamatan pelayaran, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema Evaluasi Kejadian Kecelakaan Pelayaran dengan Penyebab yang Sama dan Berulang di Ruang Sidang Senat Akademik ITS, Kamis (27/1).
Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan bahwa keselamatan pelayaran merupakan kebutuhan mutlak dan tanggung jawab bersama baik regulator, operator dan juga pengguna jasa transportasi laut termasuk para penumpang kapal. Pemenuhan faktor keselamatan dalam pelayaran sebelum kapal diberangkatkan harus dilakukan, termasuk pemenuhan aspek keselamatan kapal itu sendiri.
Pemenuhan aspek pelayaran dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan laut, sehingga kapal layak laut dan dapat diberikan izin untuk berlayar dengan diterbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) yang dikeluarkan oleh Syahbandar pelabuhan setempat. “Untuk itu diperlukan suatu komitmen besar secara bersama untuk menjadikan keselamatan bersama,” ujarnya.
Dijelaskan lebih lanjut, komitmen tersebut perlu diberlakukan oleh pengguna jasa untuk menjadikan keselamatan sebagai budaya. Sehingga pemenuhan aturan tentang keselamatan kapal, kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal menjadi tidak lagi untuk sekedar pemenuhan tanggung jawab dan kewajiban, melainkan sudah menjadi kebutuhan.
“Atau, jika perlu diadakan peningkatan kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan serta reformasi regulasi dan terutama harus ada law enforcement untuk setiap ketidakpatuhan terhadap aturan keselamatan pelayaran,” tutur Soerjanto.
Hal tersebut juga didukung oleh Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS Dr Eng Trika Pitana ST MSc yang menyatakan bahwa keselamatan pelayaran perlu difokuskan kembali pada konteks investigasi yang berupa regulator dan safety investigator yang dicanangkan pada Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2008 tentang investigasi pelayaran. “Investigasi ini dilakukan dengan berdasarkan pada model shell, reason model MAIIF Manual Chapter 4.2,” paparnya.
Trika juga menjelaskan bahwa kecelakaan yang banyak terjadi di perairan Indonesia bermasalah pada komponen elektrik, muatan, permesinan, perawatan dan perbaikan yang sebagian besar mengakibatkan kapal terbakar dan tenggelam. Selain itu, permasalahan marine english (komunikas, red), ship maintenance, hingga program-program quality control yang diawasi oleh pemerintah yang masih dinilai tidak memiliki tujuan yang jelas
Dari berbagai permasalahan tersebut, dosen Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS itu mengingatkan perlu adanya safety awareness yang harus ditingkatkan oleh seluruh stakeholder pelabuhan dan pemerintah. “Setidaknya perlu dilakukan koordinasi antara Kementerian Perhubungan dan kementerian lainnya, hingga tim pelabuhan,” tegasnya mengingatkan.
Indikator-indikator dari penyelenggaraan transportasi yang berbasis keselamatan adalah apabila angka kecelakaan dapat ditekan serendah mungkin. “Oleh karena itu, kita harus melaksanakan dan memastikan bahwa semua telah memenuhi standar dan prosedur keselamatan yang berlaku, sehingga bisa menghindari hal-hal yang menimbulkan ancaman bagi keselamatan transportasi dan jiwa,” ujarnya.
Trika juga berharap dengan diadakannya kegiatan FGD evaluasi keselamatan kapal ini dapat terjalin komunikasi yang baik antara instansi, stakeholder, serta masyarakat pengguna jasa transportasi laut. Sehingga suatu tujuan yang telah dibahas dapat tercapai. (HUMAS ITS)
Reporter: Fauzan Fakhrizal Azmi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan