Kampus ITS, ITS News — Tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 71 dari 77 negara di dunia menurut studi Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2018 lalu. Belum lagi kesenjangan pada akses pendidikan yang mendorong terjadinya Matthew Effect, dimana orang yang mengalami kesulitan membaca akan lebih rendah performanya dan gap antara pembaca yang baik dan buruk akan terus meningkat. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengundang Ahmad Junaidi SPd MA untuk menggali Matthew Effect dalam tingkat literasi Indonesia dan cara mengatasinya.
Kondisi Tingkat Literasi Indonesia
Ahmad mengawali topik dengan hasil studi PISA pada 2018 yang digagas oleh Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) dimana kemampuan siswa dalam membaca memiliki skor 371. Angka tersebut termasuk di bawah standar COED dan justru lebih rendah dari skor Indonesia pada 2015 yakni sebesar 396.
Founder Jage Kastare Foundation ini memberikan contoh kondisi tingkat literasi Indonesia di Nusa Tenggara Barat. Ia menemukan bahwa satu dari lima siswa sekolah dasar (SD) kelas dua belum bisa memahami kata-kata pada bacaan sederhana. Kemudian, dua dari tiga siswa sekolah menengah pertama kelas delapan belum bisa menarik kesimpulan dengan baik. “Parahnya lagi, rata-rata kecepatan membaca siswa SD di Lombok di bawah rata-rata nasional,” paparnya.
Mengatasi Matthew Effect Literasi
Literasi tentu menjadi hal yang krusial karena berkorelasi pada indeks pembangunan manusia (IPM). Sebagaimana diketahui, IPM penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. Oleh karena itu penting untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4.6. “Dimana poin tersebut berbunyi bahwa Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua remaja dan proporsi kelompok dewasa tertentu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kemampuan literasi dan numerasi,” jelas Ahmad.
Salah satu problem utama yang perlu diselesaikan adalah Matthew Effects dalam literasi. Kondisi ini merupakan fenomena sosial yang berkaitan dengan distribusi sumber daya yang menggambarkan proses ketimpangan. Istilah yang menggambarkan matthew effects adalah yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Sedangkan dalam literasi, anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca menjadi lebih buruk dalam kinerja mereka, dan kesenjangan antara pembaca yang baik dan buruk meningkat dari waktu ke waktu.
Ahmad menyebutkan solusi dari masalah ini bisa dimulai dari peningkatkan skill dasar dan kecepatan membaca pada anak-anak. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan trik mencatat sambil membaca, himbauan untuk membaca dengan nyaring, hingga membuat stigma membaca menjadi menyenangkan dengan permainan kata dan simbol. “Kita juga harus memberikan perhatian khusus pada anak-anak yang memiliki kemampuan verbal yang lebih lambat,” pungkasnya.
Reporter : Thariq Agfi Hermawan
Redaktur : Gita Rama Mahardhika
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi