Kampus ITS, Opini – Mulai dari mengangkut penumpang hingga barang, kereta api sudah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat sejak awal diciptakannya pada tahun 1800-an. Transportasi yang cukup tua ini masih akan memiliki umur yang panjang dan mungkin tidak akan pernah mati. Dengan berbagai permasalahan mobilitas manusia yang ada sekarang, kereta api bisa menjadi solusi sebagai transportasi massal masa depan.
Jika melihat ke masa depan, berbagai pilihan yang dibuat haruslah pilihan yang berkelanjutan. Dikatakan oleh Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi, transportasi yang berkelanjutan haruslah mencakup aspek keselamatan, tarif terjangkau, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, tertib, dan rendah polusi. Dari berbagai moda transportasi, kereta api bisa memenuhi sebagian besar aspek tersebut.
Kapasitas yang Besar
Seperti yang kita ketahui, kereta api merupakan sebuah rangkaian rangkaian kereta (selama ini kita kenal dengan istilah gerbong) yang ditarik oleh lokomotif. Kereta api bisa terdiri dari lima hingga delapan kereta dengan satu kereta memiliki kapasitas yang bervariasi mulai dari 30 hingga 80 penumpang. Jika diperkirakan, dalam sekali perjalanan kereta api bisa mengangkut lebih dari 300 penumpang.
Melihat kapasitas yang cukup besar ini, kereta api sudah memenuhi aspek kapasitas tinggi. Tak hanya itu, dengan kapasitas ini kereta api bisa mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang ada di jalanan secara signifikan. Dengan itu, permasalahan kemacetan yang sering kita dengar di berbagai media bisa terselesaikan.
Bahkan, kapasitas yang besar ini tidak hanya berlaku untuk kereta penumpang. Kereta kargo pun memiliki kapasitas yang besar jika dibandingkan dengan truk kontainer dan pesawat kargo. Melansir dari situs resmi cargo.kai.co.id, KA Parcel yang merupakan satu rangkaian kereta api kargo, dapat mengangkut barang hingga 360 ton. Kapasitas yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pesawat kargo yang memiliki kapasitas sebesar sekitar 103 ton.
Transportasi yang Rendah Emisi
Berbicara tentang masa depan, tentu kita perlu menimbang bagaimana dampak moda transportasi terhadap lingkungan. Kian hari, isu perubahan iklim mulai menunjukkan bukti-bukti. Meningkatnya suhu rata-rata di berbagai tempat di dunia disebabkan oleh naiknya kadar karbon dioksida di udara. Kondisi ini lah yang menyebabkan apa yang kita kenal dengan efek rumah kaca. Sehingga sudah sepatutnya kita untuk beralih dan lebih fokus untuk mengembangkan moda transportasi yang menghasilkan emisi paling sedikit.
Jika dibandingkan dengan moda transportasi populer lainnya seperti pesawat terbang, bus, dan kendaraan pribadi, kereta api menghasilkan emisi yang paling kecil. Hal ini tentu ditinjau dari jumlah penumpang yang bisa diangkut serta emisi yang dihasilkan. Direktur Jenderal Perkeretaapian, Zulfikri menyebutkan, mobil pribadi dan pesawat terbang bisa menghasilkan emisi sebanyak lima kali lipat lebih banyak daripada kereta api setiap 200 mil-nya.
Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan mahasiswa Universitas Diponegoro, di kota Semarang sendiri, emisi karbon monoksida yang dihasilkan oleh pesawat terbang bisa mencapai 424,98 ton per tahun. Sangat jauh jika dibandingkan dengan kereta api yang hanya menghasilkan karbon monoksida 15,4 ton per tahun.
Perbedaan ini akan menjadi lebih signifikan dengan adanya elektrifikasi rel di berbagai jalur kereta api. Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya kereta api yang menggunakan energi diesel atau batu bara. Jika diikuti dengan beralihnya sumber energi para pembangkit listrik dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT), emisi untuk pengoperasian kereta api bisa mendekati angka nol.
Hemat Ruang untuk Pembangunan
Tidak dipungkiri keberadaan ruang kosong untuk pembangunan semakin berkurang setiap tahunnya, terutama di kota-kota besar. Padahal, kota-kota besar ini lah yang memerlukan moda transportasi massal yang efisien. Oleh karena itu, kereta api adalah jawabannya.
Rel kereta api dapat dibangun tidak hanya di permukaan tanah, namun dapat juga di melayang atas tanah (elevated) dan di bawah tanah (subway). Rel elevated pun tidak memerlukan lahan kosong baru untuk pembangunannya. Pasalnya, rel tersebut bisa dibangun di atas jalan yang sudah ada untuk lebih menghemat ruang. Ini tentunya berbeda dengan jalan layang yang kerap menyisakan ruang kosong dan kumuh di bawahnya. Berbagai stasiun mass rapid transit (MRT) Jakarta sudah menerapkan jenis rel ini.
Tidak hanya itu, stasiun kereta api pun tidak harus secara langsung terhubung dengan jalan raya. Selain menambah nilai fleksibilitas pembangunannya, hal ini tentu akan mendorong masyarakat untuk berjalan kaki atau mengendarai sepeda dibandingkan menggunakan kendaraan bermotor untuk pergi menuju stasiun.
Tantangan dalam Menarik Minat
Menarik minat masyarakat dalam menggunakan transportasi berbasis rel bukanlah hal yang mudah. Aksesibilitas merupakan tantangan dalam transportasi berbasis rel. Sangat ideal jika kereta api bisa menggapai ke berbagai tempat tujuan. Tak hanya di daerah yang padat aktivitas, namun juga ke daerah pemukiman. Waktu tunggu atau interval antar kereta pun perlu diperhatikan, agar setiap penumpang tidak perlu lama menunggu untuk bisa menggunakan transportasi tersebut.
Terlebih lagi, transportasi ini masih harus bersaing dengan kendaraan umum berbasis kendaraan pribadi seperti ojek online. Lagi-lagi, aksesnya yang mudah dan kapabilitasnya untuk bisa dinaiki dari rumah pengguna memiliki daya tarik tersendiri.
Secara keseluruhan, kereta api memiliki banyak keuntungan jika dibandingkan dengan kendaraan umum lainnya. Hal positif ini tentu perlu didukung dengan perencanaan yang baik oleh pemerintah dan pihak penyelenggara transportasi. Jika direncanakan dengan baik, transportasi berbasis rel bisa menjadi solusi terbaik dari peliknya lalu lintas kota metropolitan yang diikuti dengan perkembangan populasi.(*)
Ditulis oleh:
Muhammad Miftah Fakhrizal
Mahasiswa Departemen Teknik Sipil
Angkatan 2019
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)