Kampus ITS, Opini – Mendongeng adalah budaya yang identik dilakukan melalui lisan dan tulisan. Umumnya dilakukan oleh orangtua kepada anaknya sebelum tidur. Namun, perkembangan era digital membuat dongeng juga dapat diakses melalui gawai dalam bentuk video animasi maupun buku elektronik. Lalu apakah hal itu berpengaruh untuk menyampaikan esensi dongeng kepada anak?
Dongeng umumnya diartikan sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi. Banyak ahli mengatakan manfaat membacakan dongeng kepada anak sangat besar. Mulai dari media menanamkan nilai moral kepada anak tanpa meninggalkan kesan dinasihati atau didoktrin, hingga meningkatkan imajinasi, konsentrasi, dan mencerdaskan anak secara emosional.
Seiring perkembangan teknologi dan maraknya penggunaan gawai, banyak pula platform bermunculan yang menyajikan dongeng secara digital. Hal ini tentu memudahkan orang tua karena dapat terus menyajikan dongeng kepada anak tanpa alasan kehabisan bahan. Terlebih dongeng digital tidak hanya menyajikan dongeng-dongeng lama tapi juga berbagai dongeng baru yang tidak kalah menarik.
Adanya digitalisasi pada dongeng ini tentunya juga mendapatkan banyak kritikan dari berbagai pihak. Ada yang beranggapan bahwa membiarkan anak mendengarkan dongeng melalui gawai dapat menyebabkan kecanduan pada gawai, mata rusak, hingga nilai moral dongeng yang kurang tersampaikan. Dongeng digital juga dinilai membatasi imajinasi anak akan tokoh-tokoh yang ada dalam dongeng.
Membiarkan anak menikmati dongeng melalui gawai saja juga dinilai dapat mereduksi peran orang tua dalam mendidik anak. Tentu hal itu tidak sepenuhnya tepat. Orangtua tetap bisa mengambil peran dalam memilih konten dongeng yang sesuai dengan umur anak, mendampingi anak saat melihat dongeng digital, hingga melakukan interaksi yang melibatkan sisi emosional saat mereviu ulang dongeng dengan anak. Peran orangtua disini masih sangat penting sebagai pendamping dan pemberi batasan.
Pada akhirnya, baik secara konvensional maupun digital tidak akan mengubah esensi sebuah dongeng. Penanaman nilai moral dan manfaat dongeng yang lain tetap bisa terlaksana dengan baik apapun media dongengnya. Tentu jika kita sadar betul bahwa teknologi itu ada untuk memudahkan aktivitas manusia. Alih-alih bersusah payah melawan arus mempertahankan budaya mendongeng, kita dapat memanfaatkan teknologi yang ada dan mengembangkannya sesuai kebutuhan.
Ditulis oleh:
Nurul Lathifah
Mahasiswa S-1 Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota
Angkatan 2021
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)