Kampus ITS, ITS News – Pengaruh gender sudah selayaknya tidak berlaku lagi jika berbicara tentang karya dan pengembangan diri. Seperti halnya yang dilakukan oleh Dr Eng Januarti Jaya Ekaputri ST MT. Dosen Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini aktif di bidang riset beton yang umumnya digeluti para lelaki.
Sebagai perempuan yang berkecimpung di dunia perbetonan, dosen yang kerap disapa Yani ini mengaku sering diragukan dalam lingkup kerja yang mayoritas dikuasai oleh laki-laki tersebut. Yani perlu memberikan usaha yang lebih besar untuk membuat orang percaya bahwa ia memenuhi kualifikasi. Apalagi, dengan karakter ramai dan senang bicara yang dimilikinya. “Jadinya saya tidak terlihat pintar kali ya? Tidak terlihat bisa bikin beton,” candanya.
Meski demikian, dosen yang menamatkan gelar doktoralnya di University of Tokyo, Jepang ini tidak mempermasalahkan hal tersebut. Malahan, kehadirannya sebagai perempuan dianggapnya menjadi sebuah nilai tambah. Selain mendapat perhatian dari berbagai kalangan, ia juga cenderung bisa memberi ide-ide riset baru dari sudut pandang lain. “Lebih banyak hal positif yang saya temui sebagai perempuan di bidang beton,” ungkapnya.
Kendati dipandang sebelah mata, riset yang dilakukannya sudah melanglang buana di kancah nasional maupun internasional. Sebagai contoh pada tahun 2018 hingga 2020, Yani terlibat dalam kerjasama ITS dengan Institut Teknologi Nasional Wakayama, Jepang. Riset ini berfokus pada pengembangan self-healing beton-retak dengan memanfaatkan bakteri. Baru-baru ini pun Yani menghasilkan penelitian tentang pemanfaatan abu vulkanik lumpur Sidoarjo sebagai substitusi semen maupun bahan material 3D beton.
Langganan meraih medali dari berbagai penghargaan di luar negeri, lucunya Yani terkenal dengan julukan Queen of Ash – Ratu Abu – karena sering mengangkat penelitian beton yang memanfaatkan limbah batu bara. Bahkan, penelitiannya terkait Geopolimer dari lumpur lapindo berhasil membawanya menjadi pemegang Anugerah IPTEK Adibrata tahun 2017, sebuah penghargaan tertinggi bidang teknologi dari pemerintah.
Tak tanggung-tanggung, wanita yang gemar melukis ini pun menunjukkan eksistensi kepemimpinannya di berbagai organisasi bergengsi. Beberapanya yaitu sebagai wakil presiden Asia Pasifik dalam asosiasi peneliti wanita, Global Woman Invention and Innovation Network (GWIIN). Selain itu ia sekarang juga menjabat sebagai Direktur Konsorsium Riset Geopolimer Indonesia. “Sebagai perempuan, jangan ragu menunjukkan kemampuan memimpin dan memberikan pendapat,” ujarnya.
Lahir dan besar di Papua, Yani ternyata sempat mengalami sulitnya untuk mengakses fasilitas pendidikan. Beruntung, sang ayah memberikan kebebasan pada Yani untuk berkarya dengan syarat harus bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu. “Kalau sudah mulai, harus dinikmati prosesnya dan diselesaikan sampai jadi,” ungkap dosen Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan ini mengulang pesan ayahnya.
Alhasil, Yani berhasil menjadi finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja Nasional dengan topik Bandikut, hewan mamalia kecil asal Papua sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi saat menduduki bangku SMA. Berkat kemenangan itu, ia berkesempatan berangkat ke gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bogor. “Di sana saya melihat langsung anak-anak Jawa dan ternyata memang sangat pintar,” akunya.
Namun, fakta itu tidak membuat Yani berkecil hati. Ia justru termotivasi untuk berupaya lebih keras dan meningkatkan mutu dirinya untuk bersaing dengan anak di luar Papua. Hal itu pula yang dipegangnya hingga bergelut di dunia kerja saat ini. Dengan selalu melihat perkembangan teknologi dan melihat kebutuhan industri, ia dapat memperbaiki kekurangan dari risetnya.
Yani berpesan, setiap perempuan memiliki hak untuk bermimpi dan menekuni kegemarannya. Selain itu, lakukanlah hal yang sudah dipilih dengan senang hati di situasi terburuk sekalipun. “Ciptakan kebahagiaan kamu sendiri, lakukan dengan sungguh-sungguh apa yang kamu suka,” pesannya. (*)
Reporter: Difa Khoirunisa
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi