Kampus ITS, ITS News — Kegiatan logistik tidak lepas dari peranan kapal sebagai moda transportasi laut. Namun, kontribusi pelayaran pada peningkatan gas rumah kaca (GRK) global tergolong besar yang mencapai angka emisi 1.076 juta ton di tahun 2018. Departemen Teknik Sistem Perkapalan (Siskal) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) helat gelar wicara untuk membahas pengaplikasian sistem penggerak kapal yang lebih ramah terhadap lingkungan.
Webinar yang diselenggarakan Laboratorium Marine Electrical and Automation System (MEAS) ini merupakan respon atas kondisi kenaikan suhu bumi. Selain itu, webinar ini menjadi wujud ITS menyukseskan target 2018 Initial International Maritime Organization (IMO) greenhouse gas (GHG) Strategy untuk menurunkan 50% emisi pelayaran pada 2050.
Dosen Siskal ITS, Dr Eddy Setyo Koenhardono ST MSc mengungkapkan bahwa terdapat beberapa aspek yang dapat dioptimalkan untuk mengurangi emisi gas kapal. Mulai dari optimalisasi bentuk lambung, pemilihan bahan bakar dan energi alternatif, atau penyelarasan cuaca dan rute. Solusi lain yang tak kalah optimal disamping opsi sebelumnya yakni pengoptimalan sistem penggerak/propulsi pada kapal.
Menarik lebih jauh perihal sistem propulsi hibrida, pria berkacamata ini melanjutkan, pada sistem inilah efisiensi mesin utama dapat dioptimalkan dengan penambahan sistem propulsi listrik. Sistem ini dapat menghindarkan penggunaan bahan bakar berlebih pada mesin utama ketika beroperasi pada kecepatan rendah. “Dengan mengoptimalisasi penggunaan bahan bakar di kapal, mengakibatkan pengurangan konsumsi bahan bakar dan gas emisi buang yang dihasilkannya,” terangnya.
Dosen yang mendapatkan gelar doktor dari University of Newcastle ini melanjutkan, penerapan baterai pada sistem ini juga dapat menyokong kebutuhan daya berlebih pada mesin utama. Selain baterai, penerapan shaft generator juga dapat berdampak pada pengurangan GRK dengan cara mengubah daya berlebih pada main prime mover menjadi daya listrik. “Dengan daya listrik yang dihasilkannya, shaft generator dapat mengurangi penggunaan auxiliary machine atau mesin bantu sehingga dapat menurunkan konsumsi bahan bakar fosil,” paparnya.
Selaras dengan Eddy, Chong Chao Wei menjelaskan, sistem propulsi listrik memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan pendahulunya. Kelebihan tersebut terlihat pada pengurangan konsumsi bahan bakar. Dari penggunaan bahan bakar yang lebih sedikit ini mengakibatkan berkurangnya gas emisi kapal seperti CO (Karbon Monoksida), NOX (Oksida Nitrogen), serta SOX (Oksida Sulfur) yang dapat mencemari lingkungan.
Selain itu, Wei yang merupakan Senior Engineer Rolls Royce Solution Asia menambahkan keunggulan di segi kenyaman karena adanya pengurangan getaran dan polusi, serta ketersediaan suku cadang yang mudah ditemukan. “Karena sifatnya yang modular, membuat proses reparasi dapat lebih mudah terjadi karena kemudahannya untuk memperoleh suku cadang yang dibutuhkan,” imbuhnya.
Namun di sisi lain, penerapan sistem propulsi hibrida pada kapal konvensional juga diwarnai oleh beberapa tantangan di lapangan. Diantaranya mulai dari penyesuaian akan kebutuhan ruangan baterai, pemenuhan peralatan keselamatan, cooling system hingga penyesuaian untuk memodifikasi kapal dengan mesin konvensional. “Pendekatan yang menyeluruh dan mendalam diperlukan untuk dapat mengoptimalkan serta menyesuaikan sistem propulsi ini pada kapal konvensional,” ungkap Wei.
Seluruh hal ini terangkum dari webinar yang diadakan oleh Laboratorium MEAS Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS dengan tema Application of Hybrid Propulsion System on Ships:Past, Present, and Future.(*)
Reporter: Ricardo Hokky Wibisono
Redaktur: Gita Rama Mahardhika
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan