Kampus ITS, ITS News – Peminatan Teknologi Asistif dan Rehabilitasi Medika merupakan satu dari empat bidang peminatan unggulan di Departemen Teknik Biomedik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Bidang ilmu ini berfokus pada teknologi medis yang mampu menunjang aktivitas penyandang disabilitas
Peminatan Teknologi Asistif dan Rehabilitasi Medika merupakan perpaduan antara pengetahuan dasar dalam dunia medis dan robotika yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi tubuh manusia disabilitas ke kondisi normal. “Walau tak dapat kembali ke kondisi normal sepenuhnya, pasien diharapkan mampu menjalankan fungsi pokok sehari-harinya meski terbatas,” tutur Kepala Departemen Teknik Biomedik ITS Dr Achmad Arifin ST MEng.
Pada peminatan ini, dosen yang akrab disapa Arifin ini menjelaskan, mahasiswa akan belajar memahami ciri pokok kondisi tubuh normal dan kondisi disabilitas manusia. Selain itu, mahasiswa juga akan belajar tentang teknologi sensor dan penerapannya untuk subjek disabilitas. “Kondisi disabilitas setiap subjek berbeda-beda, sehingga dibutuhkan teknologi yang mampu menyesuaikan fungsinya di segala kondisi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Arifin menyatakan bahwa rehabilitasi medika dan teknologi asistif sendiri cukup berbeda namun keduanya saling menunjang. Rehabilitasi medika berfokus pada pengembangan teknologi yang membantu pelatihan rehabilitasi medis pasien, sedangkan teknologi asistif berfokus pada teknologi yang mampu membantu mobilisasi pasien disabilitas. “Umumnya pasien membutuhkan alat yang mampu mendukung mobilitasnya pasca rehabilitasi,” ungkap lelaki asal Sampang ini.
Dalam tahap rehabilitasi, khususnya rehabilitasi motorik pasien, Arifin menjelaskan terdapat dua tahapan rehabilitasi. Tahapan pertama menggunakan functional electrical stimulation (FES). Pada tahap ini, pasien dengan disabilitas motorik akibat kerusakan otak akan mendapat stimulasi listrik pada otot dan saraf. “Electrical stimulation berpotensi meringankan kerusakan motorik seseorang,” ujar alumnus Departemen Teknik Elektro ITS ini.
Setelah kondisi saraf dan otot pasien membaik, maka pasien perlu melalui tahap rehabilitasi yang berfokus melatih mekanik sendi agar pergerakan tubuh lebih presisi. Grup riset yang mengembangkan inovasi ini ialah robotic rehabilitation. Dalam rehabilitasi ini, pasien dengan disabilitas motorik dilatih melakukan gerakan berulang dengan bantuan alat-alat eksoskeleton robotik.
Arifin melanjutkan bahwa Departemen Teknik Biomedik ITS memiliki dua grup riset yang masing-masing mendalami ilmu functional electrical stimulation dan robotic rehabilitation. Tak hanya itu, terdapat dua laboratorium yang juga mendukung pembelajaran di bidang ini, yaitu Laboratorium Instrumentasi dan Pengolahan Sinyal Biomedik serta Laboratorium Biocybernetics. “Inovasi yang diteliti tidak dapat diuji cobakan langsung ke subjek disabilitas melainkan harus diuji ke manusia normal dahulu,” imbuhnya.
Bekerja sama dengan Tohoku University dalam pengujian teknologi untuk pasien disabilitas, Arifin berharap baik mahasiswa maupun dosen yang menggeluti bidang ini dapat terus memperkaya ilmunya dan berkontribusi aktif di dunia biomedik. “Harapannya ITS dapat terus berperan aktif dalam meningkatkan teknologi-teknologi kesehatan di Indonesia,” pungkasnya.(*)
Reporter: Frecia Elrivia Mardianto
Redaktur: Fatih Izzah
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan