Kampus ITS, ITS News – Mencetak rekor tertinggi arus balik sepanjang sejarah, euforia mudik lebaran 2022 kemungkinan berdampak pada kualitas udara. Mendalami hal tersebut, salah satu mahasiswa Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Moh Faisal meneliti kualitas udara di Pulau Jawa sepanjang mudik lebaran tahun 2022 dengan hasil berupa sebuah hipotesis.
Mengukur nitrogen dioksida (NO2) yang merupakan hasil pembakaran kendaraan bermotor, Faisal melakukan penginderaan jauh dengan memanfaatkan satelit Sentinel 5P. Satelit ini merupakan satelit yang secara khusus diaplikasikan untuk monitoring kualitas udara.
Mahasiswa kelahiran 1999 ini menjelaskan, penggunaan satelit Sentinel 5P disebabkan karena satelit tersebut sudah diperbarui dari versi sebelumnya. Hasil resolusi temporal dan harian yang didapatkan juga lebih baik. Selain itu, sifatnya yang near real time memungkinkan pengamatan secara real time sehingga lebih cepat untuk mengambil hipotesis.
Pengolahan datanya sendiri menggunakan sistem plot computing menggunakan software Google Earth Engine. “Diperkuat coding dengan bahasa pemrograman JavaScript, juga memerlukan ketelitian tinggi karena akan eror walaupun dengan kesalahan kecil,” tambahnya.
Hasilnya, diperoleh data kualitas udara pada lima periode yaitu periode sebelum cuti bersama, menjelang arus mudik, sepanjang arus mudik, periode lebaran, dan sepanjang arus balik. Data kualitas udara tersebut dilengkapi dengan analisis spasial dimana warna merah menandai wilayah berpolusi NO2 tinggi dan warna hijau menandai kualitas udara yang bersih.
Berdasarkan data tersebut, Faisal menghasilkan hipotesis bahwa pada periode menjelang arus mudik hingga seputar waktu mudik, beberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya berwarna merah pekat. Sedangkan di periode hari lebaran didapatkan data bahwa jumlah NO2 di Jakarta dan Surabaya menurun karena berkurangnya mobilitas masyarakat.
Di akhir, mahasiswa angkatan 2018 ini berharap data tersebut akan digunakan sebagai salah satu sumber keputusan dasar dalam regulasi terkait kualitas udara. Misalnya, pembuatan peraturan ganjil genap maupun pengadaan hari bebas polusi. Selain itu, data tersebut juga dapat digunakan sebagai sarana kampanye kelestarian lingkungan untuk menjaga kualitas udara di suatu daerah.
Faisal juga mengungkapkan harapannya agar penelitian tersebut dapat berkembang menjadi software mengenai kualitas udara sehingga bisa diakses oleh banyak orang. Sekaligus sebagai langkah lebih lanjut dari website pemantauan kualitas udara yang ia buat. “Dibuat aplikasi sehingga lebih mudah digunakan oleh masyarakat,” tutupnya. (*)
Reporter: Zanubiya Arifah Khofsoh
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan