Kampus ITS, ITS News — Menurut The Global eWaste Monitor, per tahun 2021, Indonesia menempati peringkat ke-7 dunia dalam memproduksi limbah elektronik. Mengundang dosen peneliti dari Universitas Katolik Widya Mandala (WMCU) Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Science and Technology Innovation Center for Circular Economy and Green Innovative Resource (STIC-CEGIR) gelar webinar tentang pemanfaatan limbah CRT fosfor.
Peneliti dari WMCU Surabaya, Jennie Lie ST PhD, menuturkan sebanyak 60,2 persen komponen limbah elektronik berupa logam. Salah satu logam yang banyak ditemui dan memiliki potensi tinggi untuk didaur ulang adalah Cathode Ray Tube (CRT) fosfor. “CRT fosfor adalah teknologi yang digunakan di televisi dan monitor komputer,” terang Jennie.
Perempuan yang menggeluti bidang pemulihan logam ini menyebut bahwa CRT fosfor memiliki jumlah Rare Earth Elements (REE) yang tinggi. Kandungan tersebut berpotensi sebagai sumber daya pertambangan Yttrium dan Europium yang dapat digunakan kembali menjadi sejumlah komponen elektronik. “Komponen yang dimaksud bisa berupa LED, filter elektronik, laser, superkonduktor, hingga berbagai aplikasi peralatan medis,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Jennie menjelaskan bahwa ekstraksi REE dari limbah CRT fosfor dilakukan dengan menggunakan proses microwave leaching. Gelombang dari microwave mampu menghasilkan panas yang menyebabkan dinding sel limbah logam hancur. Dengan demikian, Yttrium dan Europium sebagai kandungan utama yang ingin dipulihkan akan keluar melewati dinding sel dan terdifusi menuju pelarut.
Dosen Jurusan Teknik Kimia ini mengurai bahwa ada dua jenis microwave leaching, yaitu microwave bejana tertutup dan bejana terbuka. Berdasarkan penelitiannya, microwave bejana tertutup menghasilkan proses yang lebih efektif dan efisien dengan mempertimbangkan konsumsi energi. Bahkan, ungkap Jennie, proses ini berpotensi diterapkan sebagai teknologi hijau untuk pemulihan REE dari limbah elektronik.
Sebagai tambahan, Jennie mengungkap proses microwave leaching sebenarnya bisa diterapkan pada hampir semua jenis limbah logam. Tentu saja, proses leaching logam kritis tergantung pada senyawa logam dan karakteristik dari limbah elektronik itu sendiri. Jennie berharap, akses pengetahuan dan kemajuan teknologi mampu membuat pengolahan limbah elektronik di Indonesia semakin meningkat. (*)
Reporter: Difa Khoirunisa
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi