Kampus ITS, ITS News – Kerapkali disebut international exposure, kegiatan internasionalisasi memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa yang mengikutinya. Salah satu kegiatan internasionalisasi yang digandrungi adalah pertukaran pelajar. Mahasiswi ITS, Alfina Fadillah bagikan cerita perjalanannya dan manfaat yang Ia dapat selama berpetualang di negeri gingseng menuntut ilmu pada Chonnam National University (CNU).
Perempuan yang akrab disapa Mpi ini membuka ceritanya dengan pernyataan bahwa pertukaran pelajar menjadi ajang baginya menimba ilmu dengan atmosfer dan sistem pendidikan yang berbeda. Perbedaan ini baginya bermanfaat untuk memberikan perspektif baru sehingga diri dapat menyadari berbagai hal yang mungkin tak ditemuinya jika tidak melangkahkan diri zona nyaman.
Meski jauh dari rumah, Mpi tak menyesal mengikuti program pertukaran pelajar. Ia menuturkan bahwa safarinya di CNU membantu pengembangan dirinya. Bagaimana tidak, pertukaran pelajar dapat menambahkan relasi yang luas baginya. Selain itu, kegiatan yang dijalaninya juga tidak membosankan dengan kesempatan mempelajari budaya tradisional dan keseharian masyarakat lokal hingga belajar dengan teknologi canggih terbaru. “Terlebih jika pertukaran pelajar dilakukan di negara-negara maju,” terangnya.
Lebih lanjut, Mpi mengungkapkan bahwa meluasnya relasi menjadi hal pertama yang akan dirasakan oleh mahasiswa pertukaran pelajar. Hal ini lantaran mahasiswa pasti bertemu dan bersosialisasi dengan mahasiswa lokal selama studi berlangsung. “Selain itu, tidak sedikit tugas yang diberikan harus dikerjakan secara berkelompok dengan mahasiswa lokal,” imbuhnya.
Cerita mengesankan kedua bagi Mpi adalah kesempatan mempelajari budaya tradisional dan keseharian masyarakat lokal. Mpi menyebutkan bahwa budaya belajar di Korea Selatan yang intens sangat mempengaruhi gaya belajarnya. Bahkan tak jarang ditemui mahasiswa ataupun pelajar yang belajar di perpustakaan hingga tengah malam. “Berada di lingkungan tersebut memberikan dorongan tersendiri untuk belajar lebih rajin,” cetusnya.
Di samping budaya belajar, budaya tepat waktu masyarakat Korea Selatan menjadi hal yang dirinya ingat betul-betul. Ia memisalkan bahwa kebiasaan datang tepat waktu saat kuliah, janji temu, dan sebagainya sangat ketat di Korea Selatan, tempat studinya berlangsung. “Sebuah keterlambatan yang terjadi tidak dapat ditoleransi,” jelasnya.
Manfaat lain yang disebutkan oleh Mpi adalah kesempatan belajar dengan teknologi canggih terbaru. Wanita kelahiran 2001 ini menceritakan pengalamannya berkunjung ke salah satu laboratorium di Kampus CNU yang dilengkapi alat-alat canggih yang belum banyak ditemuinya di Indonesia. “Misalnya, kondensor dan autoklaf yang mahal dan lebih efisien, serta baru,” tambahnya.
Terakhir, mahasiswi Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini menekankan bahwa akan banyak nilai serta pengalaman yang dapat diperoleh selama studi pertukaran pelajar. Ia berpesan agar seluruh mahasiswa yang ingin melakukan pertukaran pelajar agar meluruskan niat belajar supaya mendapat banyak pengaruh positif. “Dan yang wajib diingat, membangun koneksi ketika studi berlangsung juga penting,” ucap Mpi mengakhiri cerita internasionalisasinya. (*)
Reporter: Irwan Fitranto
Redaktur: Gita Rama Mahardhika
Kampus ITS, ITS News — Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen telah memicu
Kampus ITS, ITS News – Tim MedPhy.Edu Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Fantom
Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran