Kampus ITS, ITS News – Pelaksanaan Kontes Robot Indonesia (KRI) 2022 berlangsung secara luring di Grha Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) selama tiga hari sejak Jumat (1/7). Salah satu divisi perlombaan kali ini membawa unsur kebudayaan Indonesia, yakni Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI). Robot garapan peserta harus memperagakan salah satu tarian asal Kalimantan Timur, Tari Kancet Ledo.
Tari Kancet Ledo atau disebut juga Tari Gong yang merupakan salah satu tari tradisional Suku Dayak di Kalimantan Timur. Adapun gerak spesifik tarian ini yang meliputi gerak Nganjat, Ngasai dan Purak Barik. Gerakan ini diibaratkan ekspresi yang menirukan gerak hewan tiruan seperti burung Enggang, yang bulunya dikenakan di kedua belah tangan penari.
Ketika dikupas lebih dalam, gerak Nganjat adalah sebuah gerakan utama atau gerakan khas dari tarian dayak yang menyerupai burung enggang gading yang membuka menutup sayapnya. Untuk gerak Ngasai melambangkan gerakan yang menyerupai burung enggang yang sedang terbang. Yang terakhir adalah gerakan Purak Barik merupakan sebuah gerakan dasar yang merupakan gerakan perpindahan tempat.
Jika dilihat baik-baik, robot para peserta memiliki tampilan wajah yang feminim. Hal ini pun sesuai dengan tarian asalnya dimana para penari Kancet Ledo merupakan perempuan. Selain untuk menjunjung tinggi keanggunan para perempuan, tarian ini turut ditampilkan dalam berbagai acara adat atau sebagai tari selamat datang untuk menyambut para tamu.
Lebih lanjut, salah satu juri KRSTI 2022, Prof Dr Eng Drs Benyamin Kusumoputro M Eng, mengungkapkan terdapat sepuluh aspek penilaian. Dimana gerakan-gerakan dalam Tari Kancet Ledo ini akan menjadi aspek penilaian pada perlombaan ini. Adapun dalam KRSTI para peserta akan dinilai dengan sistem poin pada masing-masing aspek tersebut. “Kemudian dicari mana yang mendapatkan rata-rata terbaik,” ujarnya.
Dari lima divisi perlombaan, KRSTI memiliki keunikan sendiri dalam sisi robotiknya. Meskipun tarian gong ini terlihat sederhana dan mudah, tetapi ketika saat diprogramkan pada suatu robot maka perlu pekerjaan yang ekstra. Hal ini disebabkan robot yang pandai menari harus memiliki keseimbangan gerak atau sense of gravity yang baik dan motor yang memiliki 24 Degree of Freedom (DoF).
Tarian tersebut memang terlihat sederhana, tapi kelenturan dan keseimbangan sangat dibutuhkan dalam menari. Disinilah besaran DoF pada motor robot digunakan. Lebih jelas lagi, semakin besar DoF yang dimiliki motor robot tersebut, maka semakin halus gerakan tari. Sehingga robot tersebut dapat dengan mudah untuk menyerupai tarian aslinya.
Pada tarian gong asli, para penari akan menari dengan iringan alat musik tradisional, seperti sampe, gendang, dan tentunya gong. Hal ini pun menjadi salah satu aspek penilaian pada divisi KRSTI. Dimana para robot akan dinilai sinkronisasi gerak tarian mereka dengan irama musik iringan.(*)
Reporter: Gandhi Kesuma
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan