Kampus ITS, ITS News — Proses pembakaran sumber energi tak terbarukan tak lepas dari gas buang yang berdampak buruk bagi bumi. Membahas hal ini, Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membahas salah satu upaya pengurangan emisi gas karbon lewat Carbon Capturing Utilization Storage (CCUS).
Reservoir Engineer Medco E&P Indonesia Richard Arnold ST MSc mengungkapkan, keberadaan gas karbon dioksida menjadi semakin meningkat seiring berkembangnya teknologi yang ditandai oleh revolusi industri. Keberadaan salah satu jenis greenhouse gas dengan rumus kimia CO2 dengan jumlah berlebih ini memerangkap panas matahari yang seharusnya dipantulkan ke luar angkasa.
Penggunaan minyak dan gas bumi serta batu bara nyatanya masih menjadi pilihan dalam pemenuhan kebutuhan di sektor energi. Di sisi lain, pembakaran sumber energi kimia ini akan menghasilkan gas buang berupa CO2 yang berimplikasi terhadap kenaikan suhu global dan perubahan iklim. “Untuk itu diperlukan upaya untuk menjembatani kebutuhan energi namun mengurangi emisi gas buangnya,” tutur alumnus Institut Teknologi Bandung ini.
Beberapa diantaranya meliputi pengurangan pemanfaatan sumber energi fosil, elektrifikasi transportasi, fuel switching and efficiency gains hingga carbon removal. Usaha-usaha ini turut berkaitan dengan target yang telah disetujui lewat perjanjian paris. “Berbagai negara sepakat untuk menjaga temperatur global berada dibawah angka 1,5 derajat celcius,” pungkas pria yang memperoleh gelar magister sains di National University of Singapore ini.
Menarik lebih jauh mengenai salah satu bentuk carbon removal yakni CCUS, Richard melanjutkan, metode sendiri ini diawali dengan penangkapan CO2 dari pembangkit listrik, fasilitas industri, maupun CO2 yang terdapat di udara. Setelah melewati proses separasi, karbon dioksida yang diperoleh kemudian ditransportasi agar dapat diolah menjadi bentuk produk lain seperti material bangunan, senyawa kimia, plastik, dan mineralisasi.
Pria berkacamata ini melanjutkan, selain digunakan kembali, karbon dioksida yang ditangkap dapat disimpan ke beberapa penyimpanan seperti formasi geological bawah tanah, onshore, maupun offshore. Gas ini pertama-tama harus berada kondisi supercritical ataupun liquid untuk mengoptimalkan fase transportasi dan penyimpanannya. Tak hanya itu, kondisi batuan yang menjadi tempat penyimpanan pun harus memenuhi beberapa kriteria.
Diantaranya seperti harus memiliki lapisan caprock untuk memastikan gas CO2 tidak lepas ke permukaan. Kemudian, lapisan batuan juga harus memiliki rongga (porous) dan dapat dialiri oleh fluida yang akan diinjeksi. Selain itu, penyimpanan ini juga membutuhkan lapisan air seperti aquifer yang akan membantu proses penyimpanan gas ini. Terakhir, proses penyimpanan akan membutuhkan waktu agar gas dapat terendapkan dan termineralisasi.
Pada saat yang bersamaan, penyimpanan karbon dioksida dapat juga dimanfaatkan untuk mengoptimalkan produksi minyak dan gas bumi pada sumur produksi yang dikenal dengan sebutan Enhanced Oil Recovery. Secara singkat, gas CO2 yang diinjeksi akan mendorong minyak dan gas bumi yang tertangkap di dalamnya dan membuat cadangan tersebut dapat dioptimalkan.
Untuk menjaga agar penyimpanan karbon dioksida tidak mengalami gangguan, berbagai pengawasan dan monitoring dilakukan untuk mencegah hal tersebut. Hal ini sendiri dilakukan dari berbagai skala, beberapa diantaranya mulai dari penggunaan satelit, pengukuran gelombang seismik di permukaan, hingga uji sampel yang dilakukan di laboratorium.
Tak hanya itu, penyimpanan sendiri turut melibatkan berbagai pertimbangan yang akan memengaruhi prosesnya. Berbagai konsiderasi dari beberapa sisi dilakukan untuk mengetahui kapasitas operasionalnya. “Pengoperasiannya sendiri harus melewati serangkaian analisis seperti pada sisi teknik, hukum, infrastruktur, regulator, hingga ekonomi,” bubuhnya.
Seluruh hal ini dirangkum dari webinar yang diadakan oleh Departemen Teknik Kelautan ITS yang bertajuk CCUS Development for Indonesia’s Brighter Future yang diadakan secara daring, 4 Juni lalu.(*)
Reporter: Ricardo Hokky Wibisono
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),