ITS News

Senin, 18 November 2024
22 Juli 2022, 13:07

Mengawal Proses Transisi Energi di Indonesia

Oleh : itsric | | Source : ITS Online

Peneliti Ahli Utama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Eng Eniya Listiani Dewi BEng MEng ketika memaparkan beberapa mile-stone  menuju net-zero emissions di Indonesia

Kampus ITS, ITS News – Seiring meningkatnya emisi gas karbon, temperatur global turut mengalami kenaikan hingga berujung pada efek rumah kaca. Guna mencegahnya, sebanyak 196 negara sepakat mengadopsi Perjanjian Paris dan membangun ketahanan dalam menghadapi perubahan iklim. 

Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof DrEng Eniya Listiani Dewi BEng MEng menjelaskan jika Indonesia termasuk ke dalam negara yang berkomitmen mencapai netzero emissions pada 2060. “Menuju ke tujuan, Indonesia perlu mengimplementasikan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) guna meningkatkan bauran energi nasional,” ujarnya dalam webinar Antasena dan SRE ITS, 15 Mei lalu.

Menurut Eniya, komitmen nasional tersebut dapat terwujud dengan membentuk ekosistem seperti kendaraan listrik, pemanfaatan biofuel, hingga realisasi industri clean energy. Selain itu, pemerintah juga harus gencar mengenalkan konsep electric and hydrogen society kepada masyarakat. “Masyarakat, khususnya generasi muda harus mulai mengalihkan gaya hidup menuju penggunaan teknologi berbasis listrik dan hidrogen,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, Eniya melanjutkan, sektor industri juga perlu mengurangi emisi karbon secara drastis. Hal tersebut perlu disertai dengan inovasi untuk menarik perhatian pasar. Selain itu, guna mendukung peralihan, sektor keuangan juga memegang peran sakral dalam mendorong proses tersebut.

Lebih lanjut, sektor keuangan sendiri dapat memanfaatkan investasi hijau sebagai solusi mengakselerasi industri clean energy. “Selaras dengan hal tersebut, pemerintah juga dapat mulai meluncurkan regulasi seputar investasi untuk memastikan keberlangsungan iklim investasi,” tuturnya.

Project General Manager ZEV & Technical Research at Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Dr Indra Chandra Setiawan turut menjelaskan kondisi di sektor transportasi Indonesia

Peralihan Sektor Transportasi

Di sisi lain, Project General Manager ZEV & Technical Research Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Dr Indra Chandra Setiawan mengungkapkan bahwa sektor transportasi juga perlu berbenah. Tercatat, Indonesia berkontribusi dalam menghasilkan 27% dari keseluruhan emisi gas karbon akibat fuel combustion. Emisi tersebut dapat memicu terjadinya efek rumah kaca yang berafiliasi dengan kenaikan suhu bumi dan perubahan iklim.

Indra menggarisbawahi, salah satu upaya dari segi industri adalah lewat pengembangan kendaraan bebas polusi. Kendati demikian, kendaraan listrik sendiri masih membutuhkan energi dalam proses manufakturnya. “Hal ini menjadi salah satu tantangan bagi industri dalam mengoptimalkannya sembari mengembangkan energi alternatif lainnya,” tuturnya.

Sektor transportasi di Indonesia masih bergantung pada penggunaan bahan bakar minyak dengan persentase sebesar 93% di tahun 2019. Oleh sebab itu, Indra menegaskan bahwa dalam menyelesaikan persoalan ini butuh kerjasama seluruh pihak. “Ini menjadi tanggung jawab  akademisi, ilmuwan, industri, masyarakat hingga pemerintah untuk bersama-sama menyukseskan jalan menuju net-zero emissions,” tutupnya. (*)

Reporter: Ricardo Hokky Wibisono
Redaktur: Muhammad Faris Mahardika

Berita Terkait