Kampus ITS, Opini – Kilas balik pada tahun 2016 lalu, para kreator YouTube ramai menggaungkan slogan “YouTube lebih dari TV”. Seiring berjalannya tahun, tak bisa dibantah bahwa konsumsi masyarakat terhadap program televisi (TV) semakin menurun. Terlepas dari berkembangnya platform penayangan yang semakin beragam, apa yang sebenarnya menjadikan daya tarik masyarakat terhadap TV kian berkurang?
Sekitar satu dekade silam, sebut saja acara TV seperti On the Spot menjadi salah satu program yang kehadirannya sangat ditunggu oleh masyarakat. Melalui topik andalan yang mengulas berbagai fakta unik di dunia, program tersebut identik dengan penayangan kembali video hasil saduran dari berbagai akun YouTube.
Pada awalnya kegunaan utama ponsel hanya sekadar untuk telepon dan SMS, sementara kegiatan membuka media sosial (medsos) ini tak seberapa sering. Sehingga penayangan video saduran dari YouTube di TV pun masih terbilang hal yang mengesankan. Namun kini semua yang dulu terlihat menarik di TV, terasa menjadi lebih mudah diakses melalui gawai masing-masing penonton.
Ironinya, fakta tersebut tak membuat dunia pertelevisian mengubah metode penayangan beberapa program mereka yang menggantungkan pada konten medsos. Justru banyak stasiun TV yang tetap mempertahankan cara tersebut. Hal inilah yang pada akhirnya membuat masyarakat mempertanyakan secara intens urgensi dan kualitas dari penayangan suatu program di TV.
Belum cukup sampai di sana, mudahnya akses berita melalui situs daring membuat program berita di TV pun mulai kehilangan penonton setia. Menurut Digital News Report 2022 yang dirilis Reuters Institute bulan Juni lalu, 69 persen responden Indonesia mayoritas mengonsumsi berita dalam bentuk teks karena cenderung dapat diakses lebih cepat.
Berkurangnya antusiasme masyarakat Indonesia hingga 24 persen terhadap program televisi dalam sepuluh tahun terakhir juga berkaitan dengan semakin maraknya sinetron kontroversial nirfaedah. Seperti pada awal tahun 2021 lalu ketika publik dibuat geram dengan hadirnya sinetron yang dinilai mempromsikan poligami dan menormasilasi pernikahan anak.
Sebenarnya dalam mengkritisi tayangan televisi yang kurang berkualitas, pada tahun 2008 lalu Yayasan Pendidikan Media Anak telah menggagas peringatan Hari Tanpa Televisi yang diperingati setiap tanggal 23 Juli. Bukan bermaksud antitelevisi, momentum ini diharapkan menjadi kesempatan untuk melakukan kegiatan yang lebih positif, terutama dalam pemenuhan hak-hak anak. Mengingat saat ini waktu yang digunakan seorang anak untuk menonton TV jauh lebih besar daripada waktu yang mereka habiskan untuk belajar.
Pandangan terhadap fenomena semakin berkurangnya antusiasme masyarakat terhadap program TV yang juga berhubungan dengan kualitasnya jelas merupakan persoalan yang abu-abu. Mencoba melihat dari dua sisi yang berbeda, fenomena tersebut dapat disikapi sebagai masalah, tetapi juga dapat menjadi tantangan bagi dunia pertelevisian di Indonesia.
Sampai saat ini tak dimungkiri televisi merupakan konsumsi sehari-hari masyarakat, apalagi bagi mereka yang masih mengandalkan jaringan non internet sebagai media mendapatkan informasi global. Di balik itu, dunia penyiaran Indonesia sebenernya memiliki potensi yang besar dalam hal sumber daya manusia (SDM) yang kreatif dan properti yang mumpuni.
Bagaimanapun, kebebasan pers yang ada di Indonesia haruslah dimanfaatkan dengan baik dan bertanggung jawab, termasuk oleh dunia penyiaran. Dengan potensi SDM yang dimiliki, sudah barang tentu pihak TV memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tontonan yang berkualitas dan mendidik. (*)
Ditulis oleh:
Fathia Rahmanisa
Departemen Sistem Informasi
Angkatan 2021
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Kampus ITS, ITS News — Perayaan Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mencapai puncaknya di Graha Sepuluh