Kampus ITS, Opini – “Cacing-cacing di perut, curi semua nutrisi,”. Begitu lirik jingle salah satu iklan obat cacing yang populer di Indonesia. Iklan ini selanjutnya diikuti dengan iklan layanan masyarakat yang menyuluh untuk minum obat pembasmi cacing minimal satu tahun sekali. Tak ayal, ada golongan masyarakat yang merasa imbauan ini hanyalah strategi bisnis untuk membujuk konsumen membeli produk tersebut secara terus-menerus.
Perlu kita ketahui bersama, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2017 menyatakan, prevelensi kecacingan di Indonesia mencapai 28,12% dari total penduduk. Meskipun World Health Organization (WHO) mengategorikan cacingan sebagai penyakit menular yang tidak berbahaya, tapi pola infeksi berulang pada pasien masih tergolong tinggi sekalipun sudah mengonsumsi obat pembasmi cacing.
Penyakit cacingan yang dikenal dengan nama ilmiah Enterobiasis ini masih sulit dihindari di Indonesia karena kebiasaan sanitasi yang buruk. Cacing kremi yang menjadi penyebab infeksi ini sangat mudah mengontaminasi makanan dan minuman melalui air yang tercemar atau tangan yang kotor.
Umumnya, cacing yang masih berbentuk telur akan masuk ke dalam tubuh melalui rangkaian sistem pencernaan. Tahap selanjutnya, telur yang masuk ke tubuh akan menetas di usus. Setelah tumbuh, cacing muda bergerak menuju usus besar untuk berkembang biak. Apabila tidak segera dibasmi, keadaan akan semakin gawat sebab hasil peranakan cacing dapat masuk ke organ-organ tubuh lainnya.
Cacing yang berkembang biak di tubuh menjadi parasit dengan merampas sari makanan dan nutrisi. Mirisnya, infeksi ini umumnya menyerang anak usia 5-10 tahun yang sangat membutuhkan nutrisi di masa tumbuh kembangnya. Selain melemahkan daya tahan tubuh, cacingan juga menghambat daya konsentrasi yang berpengaruh pada kecerdasan anak.
Lantas, mengapa obat cacing dianjurkan untuk diminum secara berkala bukan hanya ketika cacing menjangkit tubuh kita? Faktanya, cacing muda lebih sulit dibasmi. Selain itu, obat cacing tidak memiliki efek pada larva cacing yang belum menetas. Artinya, hanya cacing dewasa yang terbasmi oleh obat. Di sisi lain, siklus hidup cacing sudah terbentuk di dalam tubuh pasien.
Oleh karena itu, anjuran minum obat cacing secara rutin dapat menjadi langkah pencegahan untuk membunuh cacing dewasa sebelum berkembang biak lagi di usus manusia. Masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh dan gaya hidup kurang bersih dianjurkan mengonsumsi obat cacing setiap enam bulan sekali. Namun, apabila gaya hidup dirasa sudah bersih, anjuran minum obat cacing bisa diperpanjang menjadi setahun sekali.
Mengonsumsi obat cacing secara rutin bukan hanya sekadar strategi bisnis, tapi menjadi salah satu langkah strategis membangun sumber daya manusia yang unggul bagi bangsa. Sebab bebas cacingan artinya bebas dari pelemahan SDM, penurunan produktivitas, dan konsekuensi sosial bagi Indonesia. (*)
Ditulis Oleh:
Difa Khoirunisa
Mahasiswa S-1 Departemen Teknik Lingkungan
Angkatan 2020
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah