Kampus ITS, Opini — Ikatan pernikahan merupakan sebuah jalan yang sah untuk mengarungi bahtera rumah tangga sekaligus ajang mencari teman hidup hingga hari tua. Lantas, seberapa pentingkah proses memilih sosok pasangan dalam sebuah pernikahan?
Pernikahan merupakan hal sakral yang mempertemukan dua insan untuk mengikrarkan janji sehidup semati. Bilamana dianalogikan, pernikahan menjadi pengantar pada jalan satu arah yang sempit tanpa adanya haluan untuk memutar balik. Jikalau ingin kembali, haruslah membutuhkan tenaga ekstra untuk dapat berpisah.
Layaknya sebuah pengembaraan, setiap langkah akan terasa menyenangkan bila dua insan yang berada dalam bahtera bernama pernikahan memiliki kecocokan satu dengan yang lain. Tentu mencari sosok tersebut tidaklah mudah dan penuh dengan lika-liku. Namun, pada suatu saat, terdapat beberapa batasan dan pertimbangan untuk menuntut kita lekas membuat pilihan tersebut.
Membayangkan sebuah tugas untuk memilih sosok pasangan untuk hidup bersama hingga akhir hayat terasa cukup berat. Pilihan tersebut berpengaruh besar dalam menentukan siapakah yang kita lihat kelak ketika mata terbuka hingga kembali tertutup. Untuk itu, penting mengetahui sifat dari pasangan, terutama dengan jalan mencintai ketidaksempurnaannya.
Dengan berdamai dan menerima sisi terburuk, tentulah tidak akan sulit untuk mencintai kebaikan dari pendamping kita. Ibarat sedia payung sebelum hujan, tentu toleransi tidak akan kita hilangkan sebagai aspek kejutan demi merendahkan tingkat kekecewaan. Dalam hal ini, kejujuran masih menjadi salah satu kunci dalam sebuah hubungan.
Pastilah jodoh tidak ada yang tahu datangnya dari mana, tetapi salah satu alat kalibrasi yang dapat digunakan untuk memilih pasangan hidup. Dalam hal ini, sebuah filosofi Jawa yang disebut bobot, bibit, bebet. Pertama, bobot memiliki arti untuk terlebih dahulu berangkat dari sikap dan sifat yang dimiliki oleh pasangan seperti bagaimana tingkah laku mereka terhadap orang tua.
Sementara itu, bibit berarti melihat asal usul dari keluarga pasangan, hal ini dilakukan demi mengetahui latar belakang dan nilai apa yang ditanamkan oleh keluarganya. Terakhir, bebet adalah mengenai bagaimana cara berpakaian seseorang, status sosial, termasuk taraf pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal.
Namun, bahtera akan memiliki arti bila terdapat tujuan di dalamnya. Tentu kehidupan pernikahan yang sakinah, mawadah, dan warahmah merupakan tujuan yang semua orang ingin capai. Paling tidak, komitmen untuk terus berpegangan terhadap tujuan ini dan berharap dapat menjadi bahan bakar untuk mencapai titik tersebut.
Dengan perkembangan teknologi dan peradaban yang ada, memilih pasangan hidup akan menjadi lebih mudah sekaligus sulit. Lantas, jenis perjalanan macam apa yang kalian pilih? (*)
Ditulis oleh:
Ricardo Hokky Wibisono
Mahasiswa Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Kampus ITS, ITS News — Perayaan Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mencapai puncaknya di Graha Sepuluh