Kampus ITS, Opini – Momentum peleburan ragam organisasi kepanduan ke dalam Pramuka 61 tahun silam melahirkan Hari Ikrar Gerakan Pramuka. Sayang, seiring perkembangan zaman, tingkat partisipasi generasi muda pada Pramuka semakin rendah. Lantas, apakah Pramuka telah kehilangan eksistensinya?
Pramuka telah lama digadang-gadang menjadi salah satu sarana penting dalam membentuk karakter peserta didik di sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Tak hanya itu, Pramuka turut andil dalam memberikan ruang baru bagi peserta didik atas dominasi ruang kelas yang membelenggu. Namun, dewasa ini, organisasi pendidikan nonformal tersebut rupanya nyaris ditinggalkan oleh generasi muda.
Sekilas pandang, penelitian Portnov-Neeman dan Barak pada 2013 lalu menunjukkan bahwa persepsi terhadap kegiatan Pramuka di kalangan remaja, khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) telah menurun dibandingkan dengan siswa pada jenjang sekolah yang lebih rendah. Fakta lain di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan Pramuka tidak mampu menyaingi kepopuleran ekstrakurikuler lainnya.
Meskipun demikian, Pramuka terbukti mampu menjadi pionir di banyak aktivitas. Salah satunya dalam mendukung penanggulangan bencana lewat program Satuan Pendidikan Aman Bencana (STAB) berbasis gugus tugas melalui kwartir nasional. Hal tersebut membuktikan bahwa Pramuka masih sanggup menjadi pelopor yang teladan. Nyatanya, ini dapat memicu generasi muda untuk berlomba-lomba memproduksi spirit sukarela yang dibingkai Pramuka sejak lama.
Di samping itu, keberadaan pramuka di era pandemi lalu juga patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, Pramuka terus berupaya aktif dalam melaksanakan kegiatan bakti sosial. Pramuka turut berpartisipasi sebagai relawan sesuai kapasitas dan potensi dengan koordinasi yang terarah dan terpadu.
Selain itu, saat ini, Pramuka juga tengah aktif dalam mengentas hoaks yang marak beredar di masyarakat. Anggotanya secara rutin terjun ke masyarakat untuk berbagi ilmu perihal dampak negatif bermedia sosial lewat edukasi dan advokasi. Hal ini membuktikan bahwa Pramuka berhasil memberikan dampak positif di segala aspek kehidupan meski kurang diminati dan dianggap tak menarik lagi.
Lalu, bagaimanakah cara menumbuhkan minat Pramuka?
Untuk menarik minat kepanduan, penggerak Pramuka harus mampu menciptakan suasana yang sesuai kemajuan zaman. Contohnya, membuat permainan yang inovatif dan kreatif, interaksi sosial dengan media dan teknologi, hingga giat berkompetisi kreativitas lewat blog dan media sosial.
Kini, Revolusi Industri 4.0 telah mengubah wajah peradaban manusia. Untuk itu, revitalisasi gerakan Pramuka diperlukan mengingat tantangan yang dihadapi generasi muda sekarang jauh berbeda dengan apa yang dihadapi generasi pendahulu. Tidak sebatas belajar bahasa morse dan persandian, anak Pramuka dapat mulai mempelajari ilmu modern seperti bahasa pemrograman, pengetahuan digital, dan artificial intelligence.
Di sisi lain, generasi muda juga perlu sadat dan membentengi diri lewat kegiatan sosial seperti halnya di Pramuka. Mereka perlu dibekali pengetahuan akan pentingnya pendidikan moral dan karakter bangsa. Seperti halnya sikap empatii yang bisa diperoleh lewat kepramukaan. Tidak sulit sebenarnya untuk memulai aksi ini. Satu pepatah mengatakan, satu teladan lebih bijaksana dibanding seribu nasehat, yang hendaknya kita catat dan renungkan sebagai pedoman dalam bertindak.
Oleh karenanya, apakah benar Pramuka telah kehilangan eksistensinya? Jawabannya, tentu saja tidak, selama kita dapat terus menjunjung tinggi Tri Satya dan Dasadharma yang jadi pedoman Pramuka. Baik dilakukan secara daring maupun luring, kuno ataupun mengikuti zaman, Pramuka tak akan pernah kehilangan rohnya.
Selamat Hari Ikrar Gerakan Pramuka ke-61! Satyaku kudharmakan, dharmaku kubaktikan. (*)
Ditulis oleh:
Erchi Ad’ha Loyensya
Mahasiswi S1 Departemen Teknik Mesin
Angkatan 2019
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Salah satu upaya mencapai target Net Zero Emission pada 2060 adalah melalui transisi energi listrik
Kampus ITS, ITS News — Sebagai penentu kuat tidaknya sebuah bangunan, tiang pancang berperan krusial dalam konstruksi sebagai fondasi
Kampus ITS, ITS News — Sulitnya akses air bersih akibat terganggunya jaringan distribusi air membuat warga kerap kesulitan menjalani
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa berupaya mengembangkan bakat dan minat sivitas akademikanya melalui