Kampus ITS, Opini – Sebagai moda transportasi massal dengan peminat terbanyak dari masa ke masa, kereta api kerap menjadi favorit dari ragam kalangan untuk berpergian. Tentunya, PT Kereta Api Indonesia (KAI) terus memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik kepada para penumpang. Namun, apakah kelebihan tersebut dapat dinikmati berbagai kelas masyarakat?
Meski dihajar pandemi, kereta api tetap menjadi transportasi dengan pengguna terbanyak. Terbukti, berdasarkan data Statistik Perhubungan 2021, pengguna kereta api di rentang tahun 2018 hingga 2021 lebih banyak sepuluh kali lipat dibandingkan kendaraan umum darat lain seperti bus. Kepuasan penumpang ini yang menjadi pegangan Direktur Utama (Dirut) PT KAI untuk terus membawa perubahan dari tahun ke tahun.
Dari data tersebut, KAI menunjukkan keseriusannya dalam bertransformasi menghadirkan citra baru. Tentu, hal ini tak lepas dari langkah Dirut PT KAI kepengurusan 2009-2014, Dr HC Ignasius Jonan SE MA. Semasa kepemimpinannya, ia merombak strategi, sistem, dan budaya PT KAI yang semrawut menjadi lebih tertib.
Namun, citra kereta api yang menjadi lebih berkelas ini menuntut penumpang untuk merogoh kocek lebih. Apabila dibuat perbandingan sesama transportasi darat dengan kelas yang sama, bus tak kalah unggul dari kereta api, bahkan bus berani menawarkan harga yang lebih miring dibandingkan kereta.
Tak dipungkiri juga, walaupun bus memiliki beberapa keunggulan yang ditawarkan, penumpang kereta api tetap memilih setia, bahkan jika harus berebut tiket ekonomi sekalipun. Hal ini tak lepas dari sisi experience yang lebih baik. Seperti, mulai dari bebas macet, terbebas dari jenuhnya pemandangan lalu lalang kendaraan, dan risiko kecelakaan yang lebih kecil.
Menjadi kelas dengan harga murah, kereta ekonomi pun menjadi kelas kereta yang paling banyak peminatnya dibandingkan dengan kelas lainnya. Berdasarkan data dari PT KAI, pada 2021 terdapat 143.983.615 orang pengguna kereta ekonomi, lebih banyak jika dibandingkan dengan penumpang kelas bisnis 245.415 orang dan kelas eksekutif 3.662.934 orang.
Meskipun peningkatan dilakukan pada setiap kelas kereta api, ekonomi tampaknya menjadi kelas yang masih mendapat banyak keluhan penumpang. Misalnya karena banyak tipe kelas ekonomi yang menawarkan perbedaan fasilitas tetapi tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Selain itu, kursi penumpang ekonomi juga terbilang tidak nyaman, serta terus berkurangnya kereta subsidi bagi kelas ini.
Pencabutan status subsidi di beberapa kereta api pada 2019 membuat harga kereta jarak jauh antar provinsi naik. Contohnya pada kereta Logawa dengan tujuan Purwokerto-Jember PP. Perubahan statusnya yang menjadi kereta nonsubsidi membuat penumpang ekonomi Logawa harus membayar 200 ribu, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan sebelumnya yang hanya 74 ribu.
Kenaikan harga ini rasanya tidak adil, karena Logawa masih menggunakan kursi penumpang sama seperti kereta ekonomi subsidi yang tegak dengan jarak sempit antar penumpang depan. Sedikit kilas balik, jika kemarin sempat ramai diperbincangkan masalah keluhan kursi penumpang ekonomi subsidi, mungkin penumpang ekonomi Logawa hanya bisa mengelus dada. Keluhan ini menunjukkan fasilitas yang diberikan KAI sayangnya masih kurang sebanding dengan kenaikan harganya.
Di sisi lain, PT KAI melakukan banyak improve pada kelas-kelas unggulannya seperti kelas luxury yang hadir dengan generasi kedua, kelas priority dengan fasilitas mewah dan private-nya, serta baru-baru ini lahir kereta panoramic yang siap memanjakan mata dan pengalaman para penumpang. Dari hal tersebut tampaknya kereta ekonomi masih sedikit dianaktirikan dibanding kakak-kakaknya yang di-upgrade maksimal untuk kepuasan penumpang.
Mengingat pasar kereta ekonomi masih sangat banyak, sepertinya kereta ekonomi perlu juga dimaksimalkan fasilitasnya, terutama kereta api yang sudah non subsidi. Mungkin jika terkait dengan tarif, sepertinya PT KAI boleh lah memikirkan kembali harga yang pas bagi para penggemar kereta api agar bisa menjangkau dan mencicipi gerbong berbagai kelas.
Perkembangan dan kemajuan yang dilakukan PT KAI tentu menjadi langkah untuk melanggengkan eksistensinya sebagai salah satu penyedia jasa transportasi. Diharapkan, kedepannya transportasi favorit semua kalangan ini bisa terus berinovasi dengan tak melupakan kritik dan saran dari masyarakat. Menginjak usia yang ke-77 di era pasca pandemi, semoga PT KAI di tahun ini dapat mewujudkan misi berikutnya yaitu “Bangkit Lebih Cepat, Melayani Lebih Baik”.(*)
Ditulis oleh:
Fatima Az Zahra
Mahasiswa D4 Departemen Teknik Kimia Industri
Angkatan 2019
Pegiat Twitter
Redaktur ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Keterbatasan alat untuk menunjang kerja dapat menurunkan produktivitas pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Kampus ITS, ITS News — Salah satu upaya mencapai target Net Zero Emission pada 2060 adalah melalui transisi energi listrik
Kampus ITS, ITS News — Sebagai penentu kuat tidaknya sebuah bangunan, tiang pancang berperan krusial dalam konstruksi sebagai fondasi
Kampus ITS, ITS News — Sulitnya akses air bersih akibat terganggunya jaringan distribusi air membuat warga kerap kesulitan menjalani