Kampus ITS, ITS News – Sebagai upaya merealisasikan visi Indonesia Emas 2045, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar Professor Summit 2022. Dalam helatan ini, hadir beberapa guru besar dari berbagai universitas di Indonesia untuk menggaungkan pemikirannya dalam seminar bertema Pemerataan Pembangunan di Gedung Research Center ITS, Jumat (21/10).
Tahun 2045 mendatang, Indonesia telah menargetkan diri menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kelima di dunia. Sayangnya, masalah kemiskinan dan ketidakmerataan pembangunan digadang-gadang menjadi salah satu momok untuk mencapai target tersebut.
Guru Besar Universitas Padjajaran, Prof Dr Sutyastie Soemitro Remi SE MS menjelaskan bahwa ketimpangan pembangunan di Indonesia sudah dirasakan sejak lama. Fenomena disparitas pembangunan masih dirasakan oleh masyarakat dan hingga kini belum ditemukan solusi yang tepat untuk menanganinya. “Kebijakan dan strategi perlu dieksplorasi, terlebih lagi ketika ketimpangan pembangunan masih menjadi masalah utama di era bonus demografi,” tegasnya.
Bonus demografi atau demographic dividend sendiri merupakan suatu kondisi dimana populasi masyarakat akan didominasi oleh individu-individu dengan usia produktif. Usia produktif yang dimaksud adalah rentang usia 15 hingga 64 tahun. Titik ini ditengarai mampu menjadi peluang besar bagi sebuah negara untuk meningkatkan performa ekonomi industri.
Perempuan yang akrab disapa Tatie tersebut menambahkan, berbagai ketimpangan pembangunan yang terjadi di indonesia menjadikan pentingnya analisa perubahan strategi dan kebijakan di berbagai bidang agar bonus demografi dapat dioptimalkan. “Strategi optimasi bonus demografi yang saya usung adalah strategi pendidikan dan pelatihan serta strategi kependudukan, keluarga berencana, dan kesehatan,” ungkapnya.
Senada dengan pernyataan Tatie, Ketua Dewan Profesor ITS, Prof Dr Ir Imam Robandi MT memaparkan bahwa kondisi ekonomi juga menjadi tolak ukur pembangunan suatu bangsa. “Maka dari itu, untuk menggapai target pemerataan pembangunan, Indonesia harus menguatkan sektor ekonominya,” ujar Imam, sapaannya.
Menurutnya, kebutuhan dasar bagi bangsa Indonesia adalah air, pangan, dan energi. Ketersediaan air, energi, serta pangan yang bersih dan layak dapat menjadi salah satu penyangga kekuatan ekonomi suatu negara. “Jika ingin meraih pemerataan pembangunan, kita terlebih dulu harus membenahi ketercukupan kebutuhan bangsa,” tandasnya.
Sejalan dengan hal itu, guru besar ITS Prof Syarief Widjaja menambahkan bahwa arah pembangunan nasional tahun 2045 dan rencana pembangunan jangka menengah 2020-2024 harus menjadi acuan bagi seluruh institusi pendidikan di Indonesia. Lewat Tri Dharmanya, perguruan tinggi harus berlomba-lomba menggalakkan pendidikan, penelitian, sekaligus pengabdian masyarakat untuk turut berkontribusi mengakselerasi pembangunan nasional.
Oleh karena itu, sambung Syarief, berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk ITS perlu mengambil peran sesuai dengan kapasitas dan potensinya. “ITS sendiri sebagai kampus teknologi telah berupaya melahirkan produk-produk inovasi yang berhasil didesiminasikan kepada masyarakat luas,” pungkasnya. (*)
Reporter : ion12
Redaktur: Erchi Ad’ha Loyensya
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan