Gresik, ITS News — Dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari, masyarakat Desa Setrohadi, Kabupaten Gresik masih menggunakan sumber air dengan kadar salinitas yang tinggi. Untuk meningkatkan kualitas air, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan alat pengolah air payau menjadi air higienis.
Topik dan pemilihan lokasi KKN ini didasari pada pengalaman pribadi Ketua tim KKN Abmas ITS, Yatim Lailun Ni’mah MSi PhD. Saat menjadi salah satu warga di sana, ia mendapati rasa asin pada sumber air tempat tinggalnya. Terlebih, apabila kondisi musim kemarau, sumur bor masyarakat desa semakin menyusut dan asin.
Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata wilayah desa ini dilintasi sudetan yang terhubung langsung ke anak sungai Bengawan Solo di Manyar, akibatnya air laut masuk ke sungai. Perempuan yang kerap disapa Ni’mah ini melanjutkan, kadar garam natrium klorida yang tinggi menyebabkan mata air tersebut kurang layak untuk dikonsumsi ataupun sebagai air sanitasi. “Untuk bisa dimanfaatkan, perlu adanya pengurangan kadar garam,” terangnya.
Tim yang melibatkan delapan belas mahasiswa Departemen Kimia ITS ini merancang alat yang dapat mengubah kandungan garam tersebut menjadi senyawa desinfektan, yaitu natrium hipoklorit. Metode yang digunakan dalam alat tersebut adalah elektrolisis. Elektrolisis adalah proses memisahkan molekul air menjadi gas hidrogen dan oksigen dengan cara mengalirkan arus listrik ke elektroda tempat larutan elektrolit berada.
Ni’mah menjelaskan, metode ini dipilih karena mudah digunakan dan diterapkan di masyarakat. Proses elektrolisis yang dilakukan, memakai elektroda besi sebagai pengganti platina yang mahal. Pada prosesnya, reaksi reduksi terjadi pada elektroda negatif (katoda) sehingga air berubah menjadi ion hidroksil. Ion hidroksil kemudian akan bereaksi dengan ion natrium yang merupakan hasil ionisasi dari natrium klorida dan hasil dari reaksinya akan membentuk natrium hidroksida.
Sedangkan, pada elektroda positif (anoda) terjadi reaksi oksidasi. Ion klorida terbentuk dari hasil ionisasi dari natrium klorida yang teroksidasi menjadi gas klorin. Lalu, reaksi reduksi oksidasi terjadi antara natrium hidroksida dengan gas klorin menjadi natrium hipoklorit. “Adanya kandungan natrium hipoklorit dan berkurangnya kandungan garam tersebut menjadikan air payau ini menjadi air higienis,” ucap Ni’mah saat acara sosialisasi KKN Abmas ITS Sabtu (22/10) lalu.
Dosen Departemen Kimia ini menuturkan, cara kerja alat ini adalah dengan mengalirkan air payau melalui keran dan melewati pipa yang berisi instrumen elektrolisis. Kemudian, air higienis yang keluar dari pipa tersebut dicek kandungan natrium hipokloritnya dengan memastikan kadarnya sudah di bawah 50 part per million (ppm). “Setelah dideteksi dengan indikator air dapat digunakan untuk keperluan dapur dan maupun sanitasi,” jelasnya.
Di akhir, alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) ini berharap, alat yang dirancangnya bersama tim KKN Abmas ITS ini dapat membantu warga Desa Setrohadi yang kesulitan mengakses air higienis. “Kedepannya, semoga kami dapat membantu warga Desa Setrohadi mengatasi kekeruhan air yang berasal dari telaga,” ucap Ni’mah. (*)
Reporter: Tyara Novia Andhin
Redaktur: Fatima Az Zahra
Kampus ITS, ITS News – Dikenal sebagai daerah penghasil ikan, Kampung Sontoh Laut di pesisir Surabaya masih terbatas dalam
Kampus ITS, ITS News — Sebagai upaya mengapresiasi kinerja dan kontribusi organisasi mahasiswa (ormawa), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Prestasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus mengalir hingga penghujung tahun 2024 ini. Kali
Kampus ITS, ITS News — Menuju 67 tahun Deklarasi Djuanda, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) undang guru besar dari