Kampus ITS, ITS News — Proses produksi minyak atsiri dari tanaman serai dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah proses ekstraksi minyak tersebut. Berawal dari keresahan masyarakat akan minimnya hasil ekstraksi minyak atsiri, tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) usung perbaikan performa mesin ekstraktor untuk tingkatkan produktivitas ekstraksi minyak atsiri.
Dikenal sebagai Area Model Konservasi dan Edukasi (AMKE), Oro-Oro Ombo Kota Batu tentunya memiliki tanah yang subur. Segala tanaman dapat disulap oleh tanahnya untuk tumbuh dengan baik sehingga patut dijadikan potensi bisnis. Kondisi AMKE yang subur ini dimanfaatkan sebagai bisnis penduduk desa salah satunya dengan mengoptimalkan potensi andalan mereka yaitu serai merah.
Dikatakan oleh ketua KKN Abmas ini, Detak Yan Pratama ST MSc, pemanfaatan serai merah masih belum optimal. Pasalnya, serai merah yang diekstraksi untuk dijadikan minyak atsiri belum dikelola dengan mekanisme yang baik. Selama ini, mesin distilasi yang digunakan untuk mengekstraksi menghasilkan amat minim minyak atsiri dari serai merah.
Dipaparkan oleh Detak,untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas minyak yang baik maka biomassa daun serai perlu dipilih yang segar. Secara umum, sistem ekstraksi konvensional yang banyak digunakan adalah distilasi uap steam distillation. Dalam proses pemanasan sistem ini, pada bagian bawah tungku distilasi diisi air dalam jumlah yang cukup. “Di atas diletakkan pelat berlubang sebagai penahan sampel biomassa daun serai juga untuk mengeluarkan uap dari air di bawahnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, parameter temperatur pemanasan dan tekanan sangat mempengaruhi proses ekstraksi. sistem pemanasan dalam produksi minyak atsiri yang tidak optimal mengakibatkan kerugian bagi pengusaha. Sehingga, diperlukan perbaikan performansi mesin ekstraktor khususnya untuk kemampuan peningkatan kelebihan minyak yang dihasilkan.
Menindaklanjuti hal tersebut, tim KKN Ambas ITS menentukan poin-poin perbaikan yang penting dari mesin ekstraktor. “Perbaikan performansi mesin ekstraktor minyak atsiri serai wangi dilakukan dengan memberi desain konfigurasi tambahan,” terang Detak.
Dalam penjelasannya, dosen Departemen Teknik Fisika ini memaparkan desain tambahan tersebut berupa isolasi panas dan pelapis supaya panas tidak keluar dari tungku. Selain itu, dilakukan juga monitoring untuk mengetahui suhu di dalamnya. “Desain baru tersebut teruji memberikan hasil dua kali lipat lebih banyak,” ungkap Dosen Laboratorium Mikrokontroler ini.
Pada dasarnya, minyak atsiri merupakan komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan herbal. Dalam proses ekstraksi minyak atsiri, teknik distilasi menggunakan pelarut air paling banyak diterapkan. Dimana sampel dari komponen tanaman herbal yang hendak diekstraksi dicampur dengan air kemudian dididihkan.
Dengan adanya KKN ini, Detak berharap bisa menjadi solusi bagi keresahan penduduk setempat. Selama ini, biaya produksi dan biaya penjualan impas bahkan hanya rugi yang didapat oleh pengusaha. Sehingga, sistem teknologi inilah yang perlu diusung untuk mempengaruhi hasil minyak. Pengabdian masyarakat ini berdampak pada kuantitas hasil produk minyak atsiri.Sebagaimana peningkatan ini akan meningkatkan perekonomian warga setempat.
Kedepannya, Detak ingin semua jenis tanaman serai bisa maksimal dan diperlukan riset berbagai jenis serai. Hal ini dikarenakan, jenis serai juga mempengaruhi tingkat hasil minyak. “Kesuksesan ini diharapkan dapat diperluas lagi sehingga banyak komoditas minyak atsiri yang berasal dari berbagai lokasi binaan,” pungkasnya di akhir. (*)
Reporter: Silvita Pramadani
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya mendukung efisiensi pengelolaan data spasial, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan inovasi di
Kampus ITS, ITS News — Mengokohkan diri sebagai pusat teknologi, riset, dan pendidikan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meresmikan
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menutup tahun 2024 ini dengan perolehan akreditasi nasional dari Lembaga
Kampus ITS, ITS News — Peningkatan masalah kesehatan kelamin, khususnya kanker serviks dan kutil kelamin, tidak diiringi dengan pemahaman