Kampus ITS, ITS News – Untuk meningkatkan minat mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam melakukan kegiatan internasionalisasi, ITS Global Engagement (GE) kembali menggelar From Student For Student (FS2). Kegiatan yang berlangsung Sabtu (22/10) lalu tersebut turut mengundang empat mahasiswa ITS untuk membagikan pengalamannya selama mengikuti pertukaran pelajar.
Kali ini, acara rutin yang diselenggarakan oleh ITS GE tersebut menghadirkan Rachmat Winardiansyah, Dimas Ilham Munada, Haninati Kirana, dan Vania Huwaida Putri sebagai narasumbernya. Keempatnya menceritakan pengalamannya dari berbagai program yang berbeda, mulai dari short program, internship, hingga student exchange.
Mengawali acara, Rachmat Winardiansyah atau yang akrab disapa Widi menyampaikan pengalamannya saat mengikuti program Global Project Based Learning (gPBL) in Mathematics dan program Cultural Exchange. Ia menyatakan bahwa kedua program ini lebih cocok untuk pengembangan diri. “Berkat program ini, kemampuan saya dalam berbahasa inggris, berpikir kritis, berempati, hingga public speaking semakin meningkat,“ ungkap Widi.
Mahasiswa Departemen Statistika ITS tersebut menjelaskan bahwa inti dari kedua program ini adalah menyelesaikan proyek yang diberikan secara berkelompok. Hasil proyek tersebut nantinya akan dipresentasikan saat program ini berakhir. “Proyek yang diberikan pada program gPBL bersifat umum, sedangkan proyek program Cultural Exchange terfokus pada bidang budaya,” timpalnya.
Di samping itu, Dimas yang mengikuti program Sakura Science di Fukuoka University selama sepuluh hari juga turut membagikan pengalamannya. Selama di Negeri Sakura itu, ia mengaku kerap menghadapi berbagai tantangan, seperti minimnya makanan halal hingga masyarakat yang kurang fasih dalam berbahasa inggris. “Untuk mengatasi itu, saya menggunakan bahasa isyarat atau google translate dalam berkomunikasi,” paparnya.
Kiat lain juga turut dibagikan oleh Kirana. Perempuan yang berhasil mendapatkan kesempatan exchange ke Kanada tersebut membeberkan fakta bahwa kunci lolos program ini adalah niat yang sungguh-sungguh, salah satunya saat melengkapi administrasi. “Perhatikan kembali syarat yang dibutuhkan, mulai dari pengumpulan surat motivasi yang berisi pengalaman hingga alasan mengapa harus terpilih dalam program ini,” ujarnya.
Mengamini pernyataan Kirana, Vania juga berujar bahwa hal lain yang tak boleh tertinggal adalah rasa keingintahuan. Bagaimana tidak, untuk mendapatkan kesempatan internasionalisasi, mahasiswa harus gemar mencari informasi, baik secara langsung maupun lewat media sosial. “Dengan begitu, kita bisa mengetahui program sekaligus beasiswa yang tersedia,” terang mahasiswi yang mendapatkan kesempatan Internship dari Erasmus+ ICM di Istanbul Aydin University ini.
Tidak hanya membagikan pengalaman mahasiswa, program FS2 ini juga dilanjutkan dengan sosialisasi terkait study abroad. Perwakilan ITS GE, Muh Wahyu Islami Pratama M ST MHubInt mengharapkan para partisipan yang hadir dapat termotivasi dalam mencari kesempatan internasionalisasi. “Kami mengundang mereka bukan untuk sekadar pamer cerita, melainkan memberi informasi terkait program-program yang bermanfaat,” tutupnya.(*)
Reporter: ion17
Redaktur: Erchi Ad’ha Loyensya
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan