Kampus ITS, ITS News — Dua mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dwi Sugma Safitri dan Syalsabila Eka Adriyanti berhasil merebut gelar Juara Dua dalam ajang kompetisi Schlumberger Agora Hackathon 2022. Bersama dua mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) lainnya, mereka kembangkan Smart Camera Surveillance System (SCSS) untuk dukung keselamatan di lingkungan kerja konstruksi.
Schlumberger Agora Hackathon 2022 merupakan ajang kompetisi dalam pengembangan Internet of Things (IoT) dengan tujuan menciptakan solusi digital yang inovatif dengan menggunakan Iot Edge Gateway Agora pada tingkat internasional. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Schlumberger yang merupakan perusahaan yang berfokus pada sektor industri berupa minyak dan gas.
Dwi Sugma Safitri menjelaskan, produk yang dikembangkan oleh tim Mjolnir ini berupa kamera pengawas yang digunakan dalam sebuah proyek konstruksi .Berangkat dari rasa keprihatinan mengenai tingginya tingkat kecelakaan di lingkungan kerja yang mencapai 90 persen, terutama pada lingkungan proyek konstruksi industri minyak bumi dan gas. “Pengembangan sebuah sistem dalam mencegah dan mengurangi besarnya persentase kecelakaan kerja tersebut merupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian lebih,“ jelasnya.
Hasil dari kerja sama dengan dua mahasiswa ITB yaitu Muhammad Sulthan Mazaya dan Muhammad Naufal Aurora, produk kamera pengawas ini memiliki kemampuan untuk mendeteksi perlengkapan pekerja yakni optimasi proses flare base. Optimasi proses flare base memungkinkan sistem untuk mendeteksi berbagai kemungkinan terhadap ledakan ataupun kebakaran yang akan terjadi, serta pendeteksi zona aman yakni safe zone base.
Dwi melanjutkan, hasil dari pendeteksi safe zone base tersebut akan dikirimkan melalui protokol MQ Telemetry Transport (MQTT) dan disimpan serta ditampilkan secara online dan real time. Saat data dari sensor dianggap berbahaya, maka sebuah peringatan akan dikirimkan ke email yang terdaftar. “Dengan terciptanya SCSS ini, diharapkan dapat mengurangi insiden kecelakaan dengan dikirimkannya peringatan sebelumnya yang menjadi poin penting dari produk ini,” jelasnya.
Syalsabila Eka Adriyanti menambahkan, penggunaan SCSS ini juga menguntungkan dalam hal finansial. Hal ini ditunjukkan dengan analisis bahwa SCSS dapat mengurangi biaya perbaikan terhadap kecelakaan yang dapat terjadi di lapangan pekerja pekerja dengan cara menurunkan persentase kecelakaan itu sendiri.
Syalsa juga menjelaskan tantangan pengembangan inovasi kamera pengawas ini. Salah satunya adalah waktu perancangan yang cukup singkat yakni selama tiga bulan, sejak Juli hingga September. Selain itu, menjadi satu-satunya challenger team (tim yang hanya terdiri dari mahasiswa, red) yang berhasil lanjut hingga tahap pitching day, menjadi tantangan sekaligus kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Di akhir wawancara, Dwi dan Syalsa menyampaikan pesan dan harapannya kepada seluruh mahasiswa ITS yang masih berjuang mengejar prestasi. Mereka berpesan jangan takut untuk memulai suatu hal yang baru. “Face your fear aja, walaupun belum berhasil, jangan pantang menyerah, kembangkan berbagai hal dari berbagai bidang,” paparnya menguatkan. (*)
Reporter: ion12
Redaktur: Shinta Ulwiya
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan