ITS News

Jumat, 15 November 2024
27 Oktober 2022, 12:10

Banjir Kian Marak, Bagaimana Upaya Penanganannya?

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Banjir di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang akibat meluapnya Sungai Panguluran (Foto oleh BPBD Kabupaten Malang melalui detik.com)

Kampus ITS, ITS News — Oktober 2022 ini, beberapa wilayah di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Kediri dan Banyuwangi mengalami banjir bandang yang melumpuhkan kegiatan sosial ekonomi. Menanggapi isu tersebut, ketua konsorsium smart flood risk management Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Mahendra Andiek Maulana ST MT membagikan poin penyebab dan upaya mitigasi bencana banjir di perkotaan.

Banjir yang terjadi di perkotaan disebabkan oleh faktor yang kompleks dan multidimensi. Mahendra menuturkan, faktor pertama penyebab banjir di perkotaan disebabkan oleh kondisi iklim melalui curah hujan yang tinggi. Faktor lainnya adalah sistem drainase perkotaan yang tidak memadai sehingga curah hujan yang turun tidak dapat ditampung dan meluap. “Selain itu, saluran drainase yang tidak terkoneksi dengan baik juga turut ambil bagian dalam terjadinya banjir di perkotaan,” imbuhnya.

Selain dari faktor alam dan infrastruktur keairan, Mahendra menyebutkan kebiasaan masyarakat membuang sampah tidak pada tempatnya dapat menjadi penyebab terjadinya banjir. Mahendra juga menambahkan bahwa banjir juga dipengaruhi oleh pasang air laut yang terjadi bersamaan dengan hujan. “Jika sistem drainase tidak bagus, tidak ada pintu air yang membloking air pasang maka pengaruhnya dalam menyebabkan banjir akan besar,” ujarnya.

Hal lain yang tak boleh luput yang juga menyebabkan banjir adalah perubahan penggunaan lahan yang mengurangi kawasan resapan air. Cepatnya alih fungsi lahan menjadi terbangun utamanya di kawasan hulu menyebabkan kawasan hilirnya menjadi rentan banjir. Kawasan hulu yang memiliki potensi resapan atau recharge area menjadi kritis sehingga air hujan langsung dialirkan ke area hilir bersama sedimen tanah. Selain berpotensi menyebabkan longsor, air limpasan permukaan ini menyebabkan sedimentasi dan penurunan kapasitas tampung drainase juga.

Anggota Tim Pakar Puslit MKPI ITS, Dr Mahendra Andiek Maulana ST MT yang merupakan ketua konsorsium smart flood risk management ITS

Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan sosial ekonomi masyarakat, diperlukan adanya upaya penanganan dalam menghadapi ancaman banjir. Dosen Departemen Teknik Sipil ITS ini menjelaskan upaya yang dapat dilakukan pemerintah kota adalah melalui evaluasi dan pemeliharaan sistem drainase serta memastikan fasilitas yang berhubungan dengan keairan bekerja dengan baik. Selain itu, diperlukan terobosan baru misalnya pemasangan rambu-rambu mengenai kedalaman genangan jalan di area rawan banjir.

Dalam konteks peresapan, Mahendra menyoroti pentingnya upaya konservasi kawasan hulu untuk menjaga fungsi lingkungannya sebagai kawasan peresapan. Perlindungan kawasan resapan ini merupakan solusi jangka panjang dibanding dengan solusi di bidang infrastruktur karena memiliki dampak langsung pada iklim dan siklus hidrologi di sebuah kawasan.

Mahendra menambahkan dalam mitigasi bencana banjir peran masyarakat juga diperlukan. Peningkatan kesadaran masyarakat pada banjir perlu dilakukan melalui sosialisasi sehingga terwujud masyarakat yang berketahanan. Selain itu, upaya mitigasi seperti kerja bakti membersihkan saluran air juga dapat dilaksanakan di level masyarakat. Adapun terkait lahan resapan air yang kurang, Mahendra mengutarakan, dapat diatasi dengan menyiapkan tempat penampungan air hujan dengan menggunakan tandon di setiap rumah warga.

Mahendra mengungkapkan agar mitigasi berjalan dengan baik diperlukan sosialisasi program-program penanganan banjir secara luas dan juga sinergitas antara pemerintah dan masyarakat dalam komitmen pengurangan risiko banjir. “Perlu disadari penanganan bencana banjir merupakan tugas bersama,” pungkas Mahendra. (*)

 

Reporter: ion26
Redaktur: Gita Rama Mahardhika

 

Berita Terkait