Kampus ITS, Opini – Dharma Wanita Persatuan merupakan organisasi independen dan bebas dari muatan politik yang terus berupaya dalam pemberdayaan dan peningkatan harkat wanita. Mengusung kekeluargaan dan persaudaraan dalam keanggotaannya, Dharma Wanita bahu-membahu mengabdi kepada bangsa.
Berdiri sejak tahun 1974, Dharma Wanita merupakan organisasi masyarakat wanita terbesar di Indonesia. Kala itu, organisasi ini diprakarsai oleh Tien Soeharto pada masa Orde Baru. Kiprahnya dalam membimbing, membina, dan memberdayakan perempuan sudah berjalan sejak lama. Organisasi ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup perempuan, anak, dan kualitas keluarga.
Dewasa ini, tuntunan pembangunan terletak pada upaya pemberdayaan perempuan. Dalam tatanan dunia yang semakin modern, kesetaraan gender semakin giat diusung. Para perempuan semakin sadar akan hak dan kewajiban mereka secara individu maupun warga negara. Lantas dalam empat puluh delapan tahun berdiri, upaya apa saja yang telah dilakukan Dharma Wanita? Sudahkah upaya yang dilakukan dapat mendukung dan memberdayakan perempuan?
Aktivitas Dharma Wanita Persatuan telah diatur dalam undang-undang (UU) No. 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Ranah aktivitas yang dilakukan sangat luas mulai dari sosialisasi, publikasi, seminar, hingga pelatihan untuk sosial kemasyarakatan.
Sebagai pendamping hidup dari para Pegawai Negeri Sipil (PNS), langkah kecil dimulai dari memberi saran kepada suami. Mereka mampu menyuarakan keinginan dan kontribusi untuk pemerintah sendiri. Namun, mereka juga tak luput dari tanggung jawab sebagai istri PNS pada umumnya.
Dalam menjalankan bakti amanah, mereka juga berikhtiar melakukan pelatihan dan pengembangan. Pelatihan dilakukan dengan jangka pendek untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis. Sementara pengembangan menyesuaikan lamanya anggota bergabung dan disesuaikan program kerja.
Pada pelaksanaan program kerja, Dharma Wanita masih kurang dalam memiliki sumber daya manusia yang ahli. Diperlukannya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi, profesionalisme, dan komitmen tinggi yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan keahlian dari segi pengetahuan maupun teknologi.
Selain itu, pada pelaksanaan program kerja mereka masih kesulitan anggaran. Selama ini, anggaran hanya didapat dari kas anggota. Permasalahan bertambah jika tidak terkumpul lengkap anggota, maka tidak terkumpul lengkap pula kas bulanannya. Mereka juga tidak memiliki dana khusus dari pemerintah.
Lalu, sudahkah laskar Dharma Wanita mampu mengoptimalisasi pemberdayaan wanita? Jawabannya, belum karena Dharma Wanita masih membutuhkan tambahan anggaran untuk pelatihan peningkatan sumber daya manusia. Dengan pelatihan dan bimbingan khusus untuk wanita, diharapkan mereka bisa mengembangkan usaha sesuai keahlian dan keterampilan. Dengan begitu, Dharma Wanita dapat membuka lapangan kerja untuk wanita di sekitarnya. (*)
Ditulis oleh:
Silvita Pramadani
Mahasiswi S1 Departemen Manajemen Bisnis
Angkatan 2021
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News – Tim MedPhy.Edu Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Fantom
Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif