ITS News

Jumat, 08 November 2024
02 November 2022, 15:11

ITS Jelaskan Tanah Longsor dan Upaya Mitigasinya

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Narasumber dan peserta kuliah tamu terkait “Mekanisme Tanah Longsor dan Upaya Mistigasinya” secara online

Kampus ITS, ITS News – Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Terkait tingginya potensi terjadinya tanah longsor pada musim penghujan di Indonesia saat ini, Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyelenggarakan Guest Lecture bertemakan Mekanisme Tanah Longsor dan Upaya Mistigasinya secara daring, Senin (31/10).

Pemateri kuliah tamu ini, Dr Trihanyndio Rendy Sastrya ST MT, memaparkan bahwa sudah banyak peristiwa longsor yang terjadi di Indonesia di tahun 2022. Contohnya di Jatinagor, Kabupaten Malang, dan terowongan kereta api di Kabupaten Madiun.

Tak hanya di Indonesia, peristiwa longsor yang parah terjadi juga di Bolivia tahun 2003 yang mengakibatkan 14 korban jiwa dan 400 rumah terendam. Selain itu, Brazil juga mengalami longsor yang cukup besar pada tahun 2003 dengan korban jiwa sebanyak 8 orang. “Di Indonesia juga sempat ada longsor parah di Banjarnegara tahun 2014 yang memakan 108 korban jiwa,” tambahnya.

Dosen Departemen Teknik Sipil ITS ini juga menerangkan bahwa longsor terjadi karena bidang miring yang menyebabkan komponen gravitasi tanah atau batuan bergerak dari bagian yang tinggi ke bagian yang rendah. Pada proses terjadinya, longsor terbagi menjadi beberapa macam longsor, disebutkannya, longsor fall, topple, lateral spread, flow, slide, dan creep. 

Dr Trihanyndio Rendy Sastrya ST MT dalam menjelaskan materi macam-macam kelongsoran lereng

Penyebab eksternal longsor dijelaskan oleh Rendy, adalah berupa beban berat di atas lereng, pengaruh cuaca (hujan ekstrim), peninggian timbunan atau kemiringan leren, gempa, blasting (misalnya peledakan proyek  penggalian), pemancangan tiang. Sementara itu, penyebab internalnya berupa peningkatan tegangan air pori akibat hujan yang masuk ke dalam tanah dan penurunan kuat geser tanah.

Dengan banyaknya kemungkinan longsor ini, untuk mencegah terjadinya, perlu dilakukan perbaikan pada lereng. Menurut Rendy, cara pertama adalah perbaikan berupa counterweight atau timbunan tanah. Kedua, perbaikan drainase agar air dapat segera masuk dan keluar dari tanah. Ketiga, terdapat shotcrete serta rock bolts, yaitu bidang lereng diproteksi dengan material beton yang setiap jarak beton diberi baut atau bolt.

Materi pada kuliah tamu diakhiri oleh Rendy dengan membahas upaya-upaya mitigasi pra-longsor, yaitu sosialisasi mengenai tanda kelongsoran lereng dan prosedur evakuasi, inisiasi Early Warning System, evaluasi kestabilan lereng dan monitoring kondisi lereng berdasarkan SNI 8460:2017. “Warning system dapat dilakukan dengan memasang monitor pergerakan lereng yang memanfaatkan daya sel surya untuk mengirimkan pesan jika keadaaan darurat,” contohnya. (*)

 

Reporter: ion25
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal

Berita Terkait