Kampus ITS, Opini – Deru semangat penggiat 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) terdengar hampir di seluruh lapisan masyarakat. Ribuan agenda, motivasi, dan inovasi digalakkan agar TPB benar-benar dapat tercipta. Mulai dari lingkup mahasiswa hingga lingkup Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pun tidak luput untuk membuat TPB terwujud.
TPB menjadi serangkaian tujuan pembangunan internasional yang diagendakan selama 14 tahun sejak 2016. Adapun agenda yang terangkum dalam TPB merangkum banyak aspek dalam kemanusiaan dan mendukung masa depan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, jalur inovatif diperlukan untuk memungkinkan negara melompat ke depan. Akselerasi dan transfer inovasi teknologi harus menjadi perhatian bersama.
Pembangunan Berkelanjutan sebagai Akselerator Pembangunan
Sejenak retrospeksi, ketika lebih dari tiga tahun masyarakat dihadapkan dengan kemelut pandemi, signifikansi dampak terasa di berbagai bidang. Dampak yang merekah itu sejatinya adalah sorotan bahwa TPB digadang-gadang menjadi jembatan penghubung dalam mengatasi efek negatif pandemi. TPB dapat memandu bagaimana pembangunan yang lebih baik terwujud kembali secara progresif untuk lepas dari Covid-19.
Nyatanya, krisis pandemi bukan sekadar insiden yang membuat manusia terisolasi. Lebih dari itu, tragedi ini menjadi mata rantai yang lebih besar mulai dari permasalahan terkait iklim, kerusakan lingkungan, kurangnya kualitas sistem kesehatan masyarakat, dan kesenjangan pendapatan dan gender yang menahan kita semua. TPB ada sebagai wujud dorongan kuat untuk maju di semua bidang tersebut.
Sebelum pandemi melanda pun, penelitian memperkirakan bahwa 135 juta orang menghadapi krisis kelaparan dan pangan. Tak sampai di sana, hantaman pandemi membuat 130 juta orang menuju kelaparan, karantina wilayah memberikan dampak pada 2,7 miliar pekerja, hingga banyak negara berkembang yang pendidikannya tidak dapat diselamatkan oleh teknologi. Meskipun demikian, rutinitas tidak boleh dilanjutkan dengan pasrah akan keadaan, mimpi 2030 harus digapai.
Respons yang tepat untuk suatu tujuan dengan konsisten justru dapat menjangkau lebih banyak tujuan lainnya. Konsep pemikiran yang sama dengan kondisi ini. TPB dapat menjadi akselerator bagi pemulihan global dan merujuk ke permasalahan lainnya, dengan cara yang peka terhadap iklim dan inklusif. Dapat ditafsirkan dapat menjadi peluang nyata tidak hanya untuk lingkungan, kesehatan masyarakat, kemiskinan, dan pekerjaan.
Mahasiswa dan Keterlibatan Mereka dalam Hiruk Pikuk TPB
Perguruan tinggi memainkan peran sentral dalam berbagai cara untuk menempa manusia tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan. Dalam hal ini, mereka terikat erat dan berkontribusi penting dalam pendidikan, inovasi, budaya, dan kehidupan sipil komunitas lokal dari berbagai wilayah. Dengan demikian, dapat dimaknai pula bahwa dalam mendukung perwujudan TPB, pembangunan wilayah sangat diperlukan untuk dapat menjalin kerja sama yang kooperatif.
Menilik pertimbangan di masa ini, perguruan tinggi juga menjadi mitra penting pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sipil dalam bekerja menuju tujuan bersama. Kolaborasi dari ketiga elemen tersebut sangat penting dalam promosi dan implementasi TPB di masa yang akan datang.
Mewujudkan TPB adalah masalah solidaritas sebagai pengingat bahwa tidak ada yang mungkin terjadi tanpa tanggung jawab dan kolaborasi bersama. Tanpa berbagi tanggung jawab, kita berisiko meninggalkan banyak orang. Kita harus berdiri bersama dengan mereka yang sudah banyak kehilangan–perempuan, laki-laki, pekerja berupah rendah, penyandang disabilitas, dan komunitas yang terpinggirkan.
Pengertian tentang TPB ini benar-benar perlu dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, agar tujuan besar di 2030 dapat dicapai. Tak semata-mata idealis bangsa, tetapi agar pembangunan benar-benar terlaksana. Itulah mengapa gembar-gembor SDGs tak asing didengar setiap harinya.
“Bersama-sama, mari kita jadikan momentum ini satu dekade aksi; satu dekade ambisi; satu dekade transformasi; satu dekade harapan dan perdamaian.” – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres.
Ditulis oleh:
Faadhillah Syhab Azzahra
Departemen Statistika
Angkatan 2020
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Guna meningkatkan efisiensi pembersihan danau, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Kampus ITS, ITS News — Industri rumahan seperti produksi kerupuk udang sering kali mencemari lingkungan akibat pembuangan limbah cair
Kampus ITS, ITS News — Dorong peran desain dalam penyelesaian isu sosial dan budaya, Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV)
Kampus ITS, ITS News — Berpikir untuk bisa memberikan fasilitas jembatan yang ramah terhadap lingkungan dan bagi pejalan kaki, tim