ITS News

Minggu, 17 November 2024
27 November 2022, 11:11

Ulik Transportasi Publik Surabaya, Srawungzkuy Kembali Digelar

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Pemateri Srawungzkuy (dari tengah ke kanan) perwakilan Forum Diskusi Transportasi Surabaya (FDTS), Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya Bidang Transportasi, William Wirakusuma, dan Dosen PWK ITS, Siti Nurlaela ST MCOM PhD

Kampus ITS, ITS News – Pemenuhan kebutuhan dasar fasilitas transportasi publik di Surabaya bagi aktivitas masyarakat dirasa masih memerlukan perbaikan. Mengkaji hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Planologi (HMPL) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Swarungzkuy Vol 2, Jumat (25/11).

Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya Bidang Transportasi, William Wirakusuma, mengatakan bahwa merencanakan transportasi publik perlu mempertimbangkan banyak aspek dalam penyediaan layanannya. Tidak hanya pengadaan unit transportasi, tetapi juga kelayakan tempat transit, dan integrasi dengan perencanaan penggunaan lahan di sekitar area transit transportasi umum.

Di sisi lain, William turut menerangkan terkait permasalahan yang menjadi hambatan seperti waktu tempuh dan waktu tunggu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Selain itu, penarikan tarif per kepala yang tidak berdasarkan jarak yang ditempuh pengguna. “Aspek penawaran dan permintaan yang berperan penting terkait ketersediaan transportasi publik,” ungkap William.

Sejalan dengan pernyataan sebelumnya, perwakilan Forum Diskusi Transportasi Surabaya (FDTS), Sakinah Muliawati, mengungkapkan bahwa penggunaan transportasi publik di Surabaya masih belum menjadi prioritas utama masyarakat. Hal tersebut lantaran masyarakat masih beranggapan menggunakan fasilitas umum bukanlah sebuah solusi permasalahan lalu lintas. “Apabila macet, solusinya memperlebar jalan,” tuturnya.

Salah satu peserta saat mengajukan pertanyaan pada sesi tanya jawab

Lantas, Sakinah meluruskan, penggunaan transportasi publik sesungguhnya bukanlah tentang menghindari kemacetan, tetapi juga menjadi sebuah opsi utama permasalahan transportasi yang ada. Dalam hal ini adalah padatnya jalan, naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sulitnya mencari lahan parkir, dan kendala teknis yang sering terjadi pada kendaraan pribadi.

Melihat kondisi yang ada, Sakinah pun menegaskan bilamana saat ini surabaya memerlukan transportasi publik yang memadai. Namun, hal itu tidak sejalan dengan realita yang ada. Diketahui surabaya bus hanya memiliki sejumlah 28 unit dengan headway yang mencapai 30 menit antar-mobil. “Hal ini menunjukkan bahwa persebaran transportasi publik pun masih belum merata,” jelas Sakinah.

Kemudian, berkaca sisi ekonomi, dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota PWK ITS, Siti Nurlaela ST MCOM PhD menambahkan terkait sifat dari transportasi publik yang berupa bisnis profit atau layanan dasar. Dengan demikian, dapat dilihat faktor yang mendasari masyarakat dalam memilih model transportasi. “Memang tergantung basis ideologi yang dipegang karena akan menggunakan sudut pandang yang berbeda,” terangnya.

Sebagai penutup, Siti berharap pemenuhan kebutuhan suatu pihak tidak merugikan pihak lain. Dalam hal ini, dalam penyediaan transportasi publik harus adil oleh semua pihak dan jangan sampai ada salah satu pihak yang kesejahteraannya berkurang. “Kita harus memperhitungkan dampak dan kebermanfaatan dalam pengembangan transportasi publik ini,” tutup pakar transportasi itu mengakhiri. (*)

 

Reporter : Nayla Maisun Nur Aqila
Redaktur : Yanwa Evia Java

Berita Terkait