Kampus ITS, ITS News – Tak hanya kaya akan adat, budaya, maupun pulaunya, Indonesia juga kondang dengan potensi bencana yang mengancam masyarakatnya. Kendati demikian, kita dapat meminimalkan dampaknya dengan melakukan empat tahap penanggulangan bencana sedini mungkin.
Masih terekam di ingatan, sepanjang 2022, berbagai bencana alam terjadi secara beruntun di negara ini. Terhitung dari awal tahun hingga November lalu, Indonesia telah mencatat sebanyak 3052 bencana alam. Untuk membantu mengurangi dampak bencana yang ditimbulkan, maka diperlukan sebuah edukasi terkait penanggulangan bencana dengan baik.
Ketua Pecinta Lingkungan Hidup (PLH) Siklus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Alief Athaghaly menyebutkan bahwa kegiatan penanggulangan bencana terdiri dari beberapa bagian. Diantaranya adalah pra-bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. Pra-bencana sendiri dipecah menjadi dua bagian, yakni pencegahan dan mitigasi serta kesiapsiagaan.
Hal ini disampaikan Alief dalam kegiatan ITS Disaster Education 1. Kegiatan besutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebencanaan Badan Eksekutif Mahasiswa ITS ini mengusung tema Great Mitigation Comes With Great Sense of Awareness dan bertujuan mengedukasi para mahasiswa terkait mitigasi dan kebencanaan.
Pencegahan dan mitigasi merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko, dampak buruk, atau hal lain yang tidak diinginkan dari suatu peristiwa. Pada tahap ini, hal yang perlu dilakukan adalah menganalisis dampak dari suatu bencana, baik yang sudah maupun yang belum pernah terjadi. “Analisis ini dilakukan agar kita dapat mengurangi dampak bencana pada suatu daerah,” ungkap Alief.
Setelah melakukan pencegahan dan mitigasi, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah membangun kesiapsiagaan. Dalam fase ini, masyarakat dapat menyiapkan berbagai alat, seperti sirene dan sensor sebagai pemberi peringatan tentang kemungkinan terjadinya bencana. “Dengan begitu, para warga bisa bersiap terlebih dahulu sebelum bencana alam datang,” jelasnya pada kegiatan ITS Disaster Education 1, Sabtu (26/11).
Selanjutnya, mahasiswa Departemen Aktuaria ITS ini juga menjelaskan mengenai tanggap darurat. Tahapan ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan sesegera mungkin pada saat bencana terjadi. Alief menambahkan bahwa dalam keadaan tanggap darurat, semua tindakan harus dilakukan dengan cepat, mulai dari bantuan dana, tenaga, kajian bencana, dan lain-lain. “Hal ini dilakukan agar masa darurat tidak berlangsung lama,” ujarnya.
Jika masa tanggap darurat telah dilewati, maka kegiatan penanggulangan akan masuk ke tahap pasca bencana, yakni pemulihan. Bidang rehabilitasi serta rekonstruksi memegang peranan penting dalam kondisi ini. Menurut Alief, meskipun sama-sama bertujuan melakukan pemulihan, bidang rehabilitasi dan rekonstruksi memiliki tugas yang berbeda.
Bidang rehabilitasi berfokus pada perbaikan sarana dan prasarana yang belum rusak sepenuhnya serta dapat diperbaiki, sedangkan bidang rekonstruksi berfokus pada pembangunan ulang sarana dan prasarana yang sudah tidak dapat digunakan ataupun diperbaiki kembali. “Kegiatan rekonstruksi yang dimaksud terdiri dari pembangunan hunian sementara, sanitasi, dan fasilitas kesehatan,” tandasnya. (*)
Reporter: Muhammad Fadhil Alfaruqi
Redaktur: Erchi Ad’ha Loyensya
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan