Kampus ITS, ITS News – Urgensi akuntansi di era digital masih menjadi topik yang sangat penting untuk diketahui. Mendukung hal tersebut, Departemen Manajemen Bisnis Institut Teknologj Sepuluh Nopember (ITS) mengupas tuntas analisis biaya bersama sang expert, Dr Rey Fernan Refozar dalam rangkaian Joint Lecture Series 2022.
Dalam acara bertajuk Cost Behavior and Cost Volume Profit (CVP) Analysis ini, Rey membagikan suatu pondasi yang paling penting sebagai pemahaman awal terkait cost behavior. Menurutnya, cost behavior merupakan perubahan perilaku biaya karena perubahan aktivitas bisnis. Biaya yang dimaksud dapat berasal dari biaya variabel, biaya tetap, ataupun biaya campuran. “Cost behavior akan menggambarkan perubahan biaya ketika tingkat output berubah,” terangnya.
Menyambung pernyataan tersebut, Rey menjelaskan bahwa biaya variabel dan biaya tetap dibedakan oleh faktor yang mempengaruhinya. Biaya tetap merupakan biaya pasti yang tidak akan mengalami perubahan, sedangkan biaya variabel akan mengalami peningkatan dan penurunan sejalan dengan peningkatan atau penurunan output. “Esensial bagi bisnis untuk melakukan perencanaan, controlling, serta pengambilan keputusan yang tepat karena biaya variabel terus berubah,” jelasnya.
Membagikan pembanding lainnya, Rey juga memperkenalkan istilah cost driver, sebuah faktor yang dapat mengukur output yang memungkinkan perubahan biaya. Seperti halnya cuaca yang menjadi faktor penentu untuk menentukan jadwal penerbangan. “Dengan identifikasi dan manajemen driver yang tepat, biaya akan lebih mudah diprediksi dan dikontrol,” paparnya.
Menurut Dekan Fakultas Administrasi Bisnis Lyceum of the Philippines University (LPU) tersebut, terdapat tiga metode yang bisa digunakan untuk memisahkan biaya campuran menjadi biaya tetap maupun biaya variabel. Metode tersebut terdiri dari high-low, scattergraph, dan least squares.
Metode high-low, timpalnya, akan menggunakan poin data berdasarkan nilai terendah dan tertinggi. Sementara itu, metode scattergraph memanfaatkan fitting line dari dua titik poin yang dipilih secara acak. “Sedangkan mentode least squares menggunakan regresi secara statistika,” tambahnya.
Laki-laki yang berdomisili di Filipina ini memaparkan bahwa terdapat elemen penting lain yang kerap disebut Break-Even Point (BEP). Mengulik lebih lanjut, BEP merupakan titik di mana pendapatan total sama dengan biaya total. “BEP dapat dihitung dengan membagi total biaya tetap dengan pengurangan harga jual dan biaya variabel per unit produk,” ujar Rey detail.
Dalam implementasi BEP, terdapat istilah Cost-volume-profit (CVP) yang juga tak boleh dilupakan. Pasalnya, CVP berperan untuk memberikan gambaran informasi secara jelas agar penjualan mencapai BEP. “CVP berperan mengestimasikan perubahan biaya, volume penjualan, dan harga yang mempengaruhi profit perusahaan,” ungkapnya lugas.
Lebih dari itu, CVP juga kerap dimanfaatkan untuk mengetahui isu-isu penting, termasuk diantaranya jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai BEP, dampak pengurangan biaya tetap yang diberikan pada BEP, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. (*)
Reporter: Faadhillah Syhab Azzahra
Redaktur: Erchi Ad’ha Loyensya
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan