Tulungagung, ITS News — Selain pariwisata, Desa Bulusari, Tulungagung merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi produsen ikan patin terbesar di Indonesia. Tak ingin menyia-nyiakan hal tersebut, tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memberdayakan desa dengan mengintegrasikan budidaya ikan yang dilengkapi teknologi panel surya pada tambak ikan.
Dosen pembimbing Abmas, Dr Lila Yuwana MSi mengatakan, kebutuhan pasar domestik dan angka konsumsi ikan patin per kapita cenderung meningkat tiap tahunnya. Selama tiga tahun terakhir, kecenderungan mengonsumsi ikan di Indonesia menyentuh angka 21,9 persen. Di mana dari total produksi 437 ton, 76 persen diantaranya merupakan ikan segar dan 15 persen lainnya merupakan ikan impor yang diawetkan.
Dengan melihat jumlah konsumsi yang fantastis tersebut, potensi ini dinilai dapat menunjang pengembangan kawasan ekonomi. Kendati demikian, pemberdayaan ternak ikan yang berada di Kabupaten Tulungagung dinilai belum memiliki perencanaan yang baik terhadap pertumbuhan ikan, perilaku ikan, dan produksi massal.
Lebih jauh, jika ditilik dari pengalaman peternak ikan patin, Lila dapat menarik kesimpulan bahwa ikan menunjukkan perilaku berbeda di kondisi terang dan gelap. Menurutnya, perilaku ikan tidak akan terganggu saat malam hari jika tetap ada pencahayaan yang cukup. “Pertumbuhan ikan patin berkaitan erat dengan intensitas cahaya yang diterima,” jelasnya.
Berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut, Lila dan tim membangun sistem pencahayaan dengan panel surya yang menggunakan energi matahari. Sistem ini dirancang untuk bekerja otomatis pada malam hari dengan sisa energi panas yang disimpan dalam baterai. Nantinya, inovasi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pertumbuhan ikan patin seperti yang telah dilaporkan oleh masyarakat setempat.
Setelah dilakukan pengamatan, sistem yang dirancang oleh Abmas ini berhasil melihat perkembangan perilaku ikan yang dibuktikan dengan berkurangnya rata-rata ikan mati di malam hari secara signifikan, di mana dari 20 ikan menjadi dua ikan per hari. “Dari hasil itu, kami menyimpulkan bahwa ikan agresif terhadap cahaya,” ujar Dosen Departemen Fisika tersebut.
Tak hanya itu, tim ini juga menyumbangkan sejumlah alat giling untuk pengelolaan limbah ikan patin, seperti bagian kepala dan duri. Limbah-limbah ini nantinya dapat dijadikan olahan makanan, seperti kerupuk maupun keripik ikan patin. Dengan alat giling ini, masyarakat dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mampu memiliki produk olahan mandiri yang dapat dipasarkan secara kontinu.
Dalam implementasinya, alat giling ini telah ditargetkan akan berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi Desa Bulusari. Lila mengungkapkan bahwa hasil penjualan total dari olahan makanan yang berasal dari limbah ikan patin ini diprediksi akan tembus 18 juta dengan laba yang diperoleh sebesar 8 juta per bulan.
Dengan banyaknya dampak positif di setiap produk tepat gunanya, Lila berharap Abmas ini dapat meningkatkan diversifikasi produk olahan ikan patin di Indonesia, khususnya Tulungagung. “Kami berharap pemberdayaan pemuda juga dapat dimaksimalkan dalam pengelolaan kolam ikan patin Desa Bulusari,” pungkasnya. (*)
Reporter: Fauzan Fakhrizal Azmi
Redaktur: Erchi Ad’ha Loyensya
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan