Surabaya, ITS News — Hutan mangrove atau bakau di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting untuk lingkungan sekitar, terutama daerah pesisir. Sehingga, pelestarian dari hutan tersebut perlu digencarkan kepada masyarakat. Guna mengenal tanaman ini lebih dalam, mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) lakukan kunjungan dan penanamannya di Hutan Mangrove Wonorejo.
Pemandu penanaman mangrove, Hani Ismail, mengatakan bahwa mangrove merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh di kawasan pesisir tropis. Tanaman ini memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi ekstrim, seperti tanah yang tergenang, kadar garam tinggi, serta kondisi tanah yang kurang stabil. “Melihat besarnya kemampuan dan peran tanaman ini, maka perlu dilakukan pengenalan serta pelestariannya,” ujarnya.
Menjelaskan secara mendalam kepada mahasiswa dari berbagai wilayah Indonesia ini, Hani memaparkan, tanaman mangrove memiliki fungsi yang digolongkan menjadi tiga. Fungsi tersebut yaitu fungsi ekologis, biologis, dan ekonomi. Ketiga fungsi ini berkesinambungan dan memberikan manfaat tak hanya kepada manusia, tapi juga terhadap lingkungan serta ekosistem.
Perempuan asal Surabaya tersebut melanjutkan, fungsi ekologis dari tanaman mangrove yaitu fungsinya dalam meredam gelombang laut, menahan lumpur, dan melindungi pantai dari erosi karena sistem perakarannya yang kuat dan kokoh. Selain itu, tanah di area sekitarnya akan menjadi lapisan yang lebih padat. “Sehingga hal ini akan menyelamatkan tanah agar tidak terus tergerus oleh air laut, sekaligus sebagai filtrasi alami bagi air tanah,” jelasnya pada mahasiswa PMM ITS.
Kemudian dari segi biologis, mangrove berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem daerah pesisir. Beberapa hewan laut dan hewan darat di sekitarnya, menjadikan tanaman ini sebagai habitat dan sumber makanan. Peran lainnya pun dalam mitigasi perubahan iklim atas kemampuannya untuk menyerap emisi karbon di atmosfer dan menghasilkan oksigen. “Sedangkan dari aspek ekonomi, mangrove dapat dimanfaatkan sebagai tempat edukasi dan pariwisata seperti yang ada disini,” ucap Hani.
Perempuan yang tergabung dalam Komunitas Nol Sampah Surabaya ini menjelaskan, mangrove memiliki zonasi tertentu berdasarkan ketahanan tanaman tersebut terhadap gelombang dan kadar garam. Berdasarkan kriteria tersebut, tanaman ini dibagi menjadi mangrove mayor, minor, dan asosiasi.
Mangrove mayor merupakan jenis yang berada paling dekat dengan laut karena jenis ini mampu mengeluarkan kelebihan zat garam dari dalam tubuh (sekresi). Tidak hanya itu, tipe mayor ini juga memiliki akar tunjang yang panjangnya 10 kali tinggi dari tanamannya, sehingga membuatnya sangat baik untuk menahan gelombang.
Sambil menunjukkan tanaman mangrove yang ada di lokasi, Hani menambahkan, mangrove minor memiliki jenis akar napas dan memiliki habitat di tepian. “Sedangkan tipe zonasi asosiasi cenderung hidup bersama tumbuhan darat dan tidak dapat menyekresi garam,” tambah Hani.
Pada kegiatan PMM ITS yang berlangsung Sabtu (10/12) ini, seluruh peserta melakukan penanaman mangrove minor di Hutan Mangrove Wonorejo . Sejumlah 150 tanaman mangrove berumur tiga bulan berhasil ditanam oleh mahasiswa PMM ITS. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini karena dapat menumbuhkan kepedulian para pemuda terhadap lingkungan sekitar,” pungkasnya. (*)
Reporter: Tyara Novia Andhin
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan