Kampus ITS, ITS News — Penumpukan limbah sabut kelapa dapat berimbas negatif ke lingkungan karena materialnya yang sulit terurai secara alami. Adapun penguraian paling cepat adalah pembakaran yang menimbulkan polusi udara. Untuk itu, Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dampingi masyarakat Desa Candimulyo dalam memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk tepat guna.
Anggota Tim KKN, Salsabila Rahmah menjelaskan bahwa kegiatan ini diadakan untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha kelapa di wilayah Kabupaten Madiun tersebut. Oleh karena itu, tim KKN memberikan mesin pengurai limbah sabut kelapa menjadi bubuk sabut kelapa yang memiliki nilai ekonomis lebih. “Mesin pengurai ini dapat menguraikan sebanyak 50 hingga 100 kilogram per jam limbah sabut kelapa,” terang mahasiswa Departemen Fisika ITS tersebut.
Sebelumnya, imbuh Salsabila, pengolahan limbah hanya menggunakan metode tradisional. Dengan produk olahan hanya berupa pupuk kompos. Dengan pengadaan alat pengurai yang lebih modern tersebut, diproyeksikan akan menghasilkan produk turunan yang bervariasi. Seperti halnya untuk media tanam, bahan baku industri matras, dan lainnya. “Sebab untuk menghasilkan produk tersebut, serabut kelapa harus diolah menjadi serbuk dahulu dengan memanfaatkan pisau pencacah pada alat tersebut,” jelasnya.
Alat tersebut diperoleh dari hasil kerja sama tim KKN dengan CV Industri Kreatif Madiun untuk kemudian disosialisasikan ke warga tentang cara kerjanya. Mengenai proses pengolahannya, lanjut Salsa, dimulai dengan proses pengeringan sabut kelapa. Proses pengeringan tersebut menggunakan metode yang cukup sederhana dengan cara dijemur. Pengeringan berlangsung hingga kadar air pada sabut kelapa hilang. Setelah itu, sabut kelapa yang sudah kering akan dimasukkan ke alat pengolahan sabut kelapa.
Dengan prinsip kerja yang efisien tersebut, alat ini pun unggul dengan hanya membutuhkan daya listrik sebesar 5,8 kilo watt. Untuk itu, mahasiswa Angkatan 2020 tersebut berujar bahwa alat ini udah seratus persen siap untuk dioperasikan oleh masyarakat setempat. Demikian sehingga tim yang berada di bawah bimbingan Fahmi Astuti PhD ini berharap masyarakat dapat memaksimalkan produktivitas pengolahan dari alat ini. “Semoga ke depannya juga bisa diterapkan di pelaku usaha lainnya,” pungkasnya. (*)
Reporter: Mohammad Febryan Khamim
Redaktur: Astri Kusumaningtyas
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan