Kampus ITS, Opini – Tak bisa dimungkiri, globalisasi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia, termasuk arus informasi yang berkembang kian cepat. Kejadian yang terjadi ribuan kilometer jauhnya bahkan bisa menjadi topik menyenangkan yang tak habis dibicarakan di warung kopi. Meski demikian, perlu diingat bahwa di tengah globalisasi ini, identitas bangsa khususnya bahasa Indonesia harus tetap kita jaga.
Globalisasi memang berhasil mengantarkan banyak kebaikan bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bagaimana tidak, hanya dengan gawai di tangan, masyarakat antar negara dapat mengakses berbagai informasi dari seluruh dunia dengan mudah.
Sayangnya, di balik berbagai kemudahan yang ditawarkan, globalisasi juga memicu beberapa hal negatif bagi Indonesia, salah satunya adalah fenomena westernisasi. Kondisi ini telah lama menjadi momok mengerikan bagi Indonesia, sebab mampu menggerus kebanggaan masyarakat terhadap identitas bangsanya sendiri.
Fenomena ini paling jelas terlihat pada identitas berbahasa. Hampir tak ada lagi warga negara yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunikasi. Beberapa dari mereka menganggap penggunaan kata baku dalam percakapan sehari-hari terkesan kaku dan tak gaul. Sungguh miris, bukan? Lalu, bagaimanakah penggunaan bahasa Indonesia di kalangan instansi akademik negara saat ini?
Mari kita lihat slogan serta motto yang dimiliki oleh tiga perguruan tinggi terbaik Indonesia versi QS World Ranking 2023. UGM dengan “Locally Rooted, Globally Respected”-nya, lalu ITB dengan “In Harmonia Progressio”-nya, dan UI dengan “Veritas, Probitas, Iustita”-nya. Dari tiga perguruan tinggi ini, tak satu pun yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai moto atau slogannya. Belum lagi jika ditilik dari slogan fakultas dari setiap perguruan tinggi ini.
Parahnya, kondisi ini tidak hanya terjadi pada tiga perguruan tinggi tersebut, tetapi juga pada banyak perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Bagaimana bisa semangat memperjuangkan identitas bangsa ini terus berkobar jika pihak akademisi yang seharusnya lebih paham seolah tak tergerak memperjuangkannya?
Memang benar jika memahami banyak bahasa dapat membuka banyak peluang di masa depan. Namun, mempelajari serta mendalami bahasa asing bukan berarti membuat kecintaan kita kepada bahasa Indonesia memudar, bukan?
Derasnya arus globalisasi menuntut kita untuk semakin mengencangkan sabuk pengaman. Meski kebanyakan orang menganggap bahasa asing lebih keren dan modern, namun perlu diingat bahwa kita adalah pemuda Indonesia yang wajib menjunjung tinggi bahasa ibunya. Oleh karena itu, mari ubah pola pikir kita untuk semakin menghargai bahasa Indonesia dan bersiap untuk melestarikannya. (*)
Ditulis oleh:
Muhammad Fadhil Alfaruqi
Mahasiswa S-1 Departemen Teknik Sistem dan Industri
Angkatan 2022
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Kampus ITS, ITS News — Perayaan Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mencapai puncaknya di Graha Sepuluh