Kampus ITS, ITS News — Memiliki akses luas terhadap ilmu pengetahuan, mahasiswa perlu berperan aktif sebagai local hero yang memberi dampak positif bagi masyarakat. Mengambil lakon tersebut, mahasiswa Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan potensi Desa Galengdowo, Jombang, sebagai daerah pengolah susu sapi.
Program pengabdian masyarakat ini dicetuskan oleh penerima penghargaan Beasiswa Desamind, Farich Al Machmudi. Ia bercerita, lokasi Desa Galengdowo yang terpelosok menghambat pemasaran produk olahan susu. Produk seperti yogurt, es krim, dan susu murni rentan mengalami pembusukan ketika proses penyimpanan dan distribusi. “Padahal, Desa Galengdowo adalah penghasil susu terbanyak di Kecamatan Wonosalam,” tutur Farich.
Memutar otak, mahasiswa asal Sidoarjo tersebut menyusun serangkaian ide alternatif olahan susu yang lebih tahan lama. Produk susu goreng pun dipilih karena proses pembuatan yang sederhana dan bahan baku mudah didapat. Farich dan tim menganggap susu goreng adalah produk inovasi awal yang tepat bagi industri rumahan karena tidak membutuhkan alat canggih.
Tak hanya mendampingi masyarakat dalam memproduksi susu goreng, ia juga mengklaim bahwa timnya telah menguji keawetan produk ini. Apabila disimpan dalam bentuk makanan beku, tuturnya, susu goreng dapat bertahan selama satu bulan. “Kami berencana mengubah kemasan plastik biasa menjadi kemasan kedap udara untuk meminimalkan perkembangan bakteri dan jamur,” tutur mahasiswa angkatan 2019 tersebut.
Menyahuti cerita jerih payahnya, Farich merincikan bahwa penjualan susu goreng pertama masyarakat Desa Galengdowo sudah mencapai 50 kotak. Itu pun, imbuhnya, target penjualan masih berada di lingkup Kabupaten Jombang. Setelah pengemasan produk lebih sesuai, Farich dan tim berencana mengembangkan penjualan melalui platform online.
Melihat sambutan baik, Farich dan tim mengaku sudah memulai riset untuk produk baru selanjutnya, yaitu sabun susu. Tentu saja, tekan Farich, proses pembuatan produk sabun lebih rumit dibandingkan produk makanan karena memerlukan racikan yang memenuhi standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Sudah satu tahun kami meneliti kandungan sabun yang optimal untuk dipasarkan,” terangnya.
Sembari menunggu inovasi besutan baru, Farich berharap wawasan masyarakat Desa Galengdowo lebih berkembang tentang variasi pengolahan susu. Dengan hadirnya produk-produk susu yang keawetannya tahan lama, keterbatasan lokasi desa yang jauh dari area pemasaran tidak akan lagi menjadi halangan. “Kami berharap, masyarakat tidak menyerah untuk memproduksi variasi olahan baru yang emang butuh penyesuaian,” ucap Farich penuh asa. (*)
Reporter: Difa Khoirunisa
Redaktur: Yanwa Evia Java
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan