Kampus ITS, Opini — Pesta Olahraga se-Asia Tenggara (SEA Games) kembali dihelat dengan Kamboja sebagai tuan rumah. Sayangnya, di ajang yang bertujuan mempererat hubungan antar negara ini, malah terjadi beberapa kejadian kontroversial seperti terbaliknya bendera sang saka merah putih saat upacara pembukaan SEA Games 2023. Hal ini sontak menarik perhatian warganet.
Pada saat itu, di Stadion Morodok, Kamboja, tampil seorang penyanyi lokal yang bernyanyi diiringi para penari dengan membawa bendera sebelas negara peserta. Akan tetapi, berbeda dengan yang lain, bendera Indonesia tampak terpasang terbalik lalu menyulut protes dan kecaman warganet Indonesia.
Ungkapan Protes Berlebihan
Berbagai hal dilakukan oleh warganet Indonesia sebagai ungkapan protes terhadap kejadian terbaliknya bendera merah putih. Salah satunya adalah dengan memasang foto profil bendera Kamboja yang terbalik di akun media sosial. Meskipun kurang bijak, bentuk protes yang seperti ini mungkin masih dapat diterima dan dimaklumi sebab kecintaan warganet terhadap negaranya.
Akan tetapi, masih ada orang-orang yang merasa tidak puas dan akhirnya bertindak berlebihan dengan menambahkan gambar-gambar tidak pantas pada bendera negara Kamboja. Salah satunya adalah dengan mengganti gambar Angkor Wat pada bendera dengan siluet orang yang melakukan aktivitas dewasa.
Sebagaimana bendera negara Indonesia, bendera negara Kamboja tentu juga punya sejarah dan kehormatannya sendiri bagi warganya. Terlebih lagi gambar Angkor Wat pada bendera Kamboja menggambarkan Kuil Angkor Wat yang sudah berdiri sejak abad ke-12 dan sangat penting bagi sosial dan budaya masyarakat Kamboja. Oleh karena itu, hal ini sudah tidak dapat dikatakan sebagai ungkapan protes, melainkan penghinaan yang sudah sangat berlebihan.
Salah Sasaran
Selain berlebihan, terdapat pula salah sasaran protes yang dilakukan oleh warganet Indonesia. Salah satu yang paling memalukan adalah ungkapan protes warganet Indonesia yang diungkapkan pada kolom komentar akun instagram kedutaan Rusia untuk Kamboja. Tidak hanya itu, ungkapan protes ini juga dibubuhi dengan kata-kata kasar dan tidak pantas.
Sikap warganet Indonesia yang niat awalnya sebagai bentuk protes dan membela kebanggaan negaranya justru menjadi bumerang negerinya sendiri. Kejadian ini juga malah memperjelas mengenai rendahnya minat literasi masyarakat Indonesia dan semakin memperburuk citra warganet Indonesia di mata dunia.
Sebagai masyarakat Indonesia yang dikenal menjunjung tinggi norma-norma kesopanan, perilaku-perilaku buruk warganet tersebut tidak sepatutnya dilakukan. Selain itu, hasil studi Microsoft yang menyatakan bahwa warganet Indonesia merupakan warganet yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara harusnya sudah menjadi introspeksi. Semoga kejadian ini tidak terulang kembali dan warganet Indonesia dapat lebih menghargai satu sama lain meskipun tidak saling mengenal. (*)
Ditulis oleh:
Muhammad Fadhil Alfaruqi
Departemen Teknik Sistem dan Industri
Angkatan 2022
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Kampus ITS, ITS News — Perayaan Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mencapai puncaknya di Graha Sepuluh