ITS News

Rabu, 25 Desember 2024
07 Juni 2023, 12:06

Menyingkap Tabir Reliabilitas di Balik Popularitas MBTI

Oleh : itssal | | Source : ITS Online

Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), salah satu inventori yang mengklasifikasikan kepribadian manusia menjadi 16 tipe (sumber: reddit)

Kampus ITS, Opini – Belakangan, Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) ramai digandrungi masyarakat awam. Membagi kepribadian manusia menjadi 16 tipe disertai penjelasan yang mudah dipahami telak membuat psikotes ini kerap dimanfaatkan baik untuk kepentingan pribadi maupun profesional. Namun, validitas dan reliabilitas hasil tes tersebut masih menjadi tanda tanya.

Dikembangkan sejak Perang Dunia II, Katherine Cook Briggs dan Isabel Briggs Myers merancang tes MBTI berdasarkan teori tipologi Carl Gustav Jung dalam bukunya yang berjudul Psychological Type. Ibu dan anak tersebut lantas membagi 16 tipe kepribadian berdasarkan empat dimensi sifat dasar manusia. Empat dimensi tersebut antara lain dimensi pemusatan perhatian (Introvert dan Extrovert), pemahaman informasi dari luar (Sensing dan Intuition), pengambilan kesimpulan (Thinking dan Feeling), dan pola hidup (Judging dan Perceiving).

Di samping itu, klasifikasi kepribadian pada MBTI turut dibarengi dengan analisis yang didasarkan pada jawaban tes pengguna. Pertanyaan dalam tes ini dirancang dekat dengan keseharian sehingga pengguna merasakan pengalaman tes yang menyenangkan. Penjelasan hasil tes yang komprehensif nan mudah dicerna mendatangkan rasa minat besar pada segala lapisan masyarakat untuk menjajal psikotes gratis ini. Hal tersebut mutlak mengantarkan MBTI menuju popularitas dan membuatnya menjadi inventori yang paling banyak digunakan hingga saat ini.

Dalam penggunaannya, MBTI tak terbatas untuk iseng-iseng belaka. Tes ini acapkali digunakan oleh organisasi maupun perusahaan sebagai salah satu instrumen dalam proses rekrutmen staf. MBTI dianggap dapat membantu perekrut dalam menempatkan kandidat di bidang yang sesuai dengan potensi dan kepribadian mereka. Hal tersebut memudahkan kandidat untuk beradaptasi dengan lingkungan dan budaya organisasi atau perusahaan. Namun di sisi lain, beberapa ahli meragukan validitas dan reliabilitas MBTI sebagai instrumen pengukur kepribadian manusia.

Profesor psikologi Universitas Marshall Dr David J Pittenger berpendapat bahwa masih ada kekurangan dan keterbatasan dalam MBTI. Melalui jurnalnya yang bertajuk Cautionary Comments Regarding the Myers-Briggs Type Indicator, dalam interval pengujian ulang selama lima minggu, sebanyak 50 persen peserta memperoleh tipe MBTI yang berbeda. Hal ini menunjukkan lemahnya reliabilitas MBTI karena sejatinya tes tersebut tidak seharusnya berubah dalam jangka waktu singkat mengingat identifikasi preferensi kepribadian adalah haluan MBTI.

Kepribadian manusia sangat kompleks dan dinamis sehingga memerlukan proses dalam memahaminya (sumber: freepik)

Pendapat tersebut bukan semata-mata menyiratkan penggunaan MBTI sebagai tolok ukur kepribadian adalah kesalahan. Karena sejatinya, belum ada tes kepribadian yang 100 persen mampu mendeskripsikan kepribadian manusia secara akurat. Kompleksitas kepribadian manusia yang tak terbatas dimensi membuat manusia sendiri senantiasa berproses dalam memahaminya. MBTI hanyalah satu di antara ribuan cara bagi manusia untuk mempelajari sisi baru dalam diri mereka. Hanya saja, diperlukan batasan-batasan tertentu serta kesadaran pengguna dalam pengaplikasiannya.

Hasil tes MBTI sejatinya berkaitan dengan kepuasan kerja, bukan performa kerja seseorang. Di mana studi menunjukkan bahwa hal tersebut dapat diobservasi. Singkatnya, MBTI memiliki nilai prediktif jika dilihat berdasarkan indikator prediksinya. Selain itu, inventori ini bekerja layaknya sistem kerja otak manusia yang gemar mengkategorikan sesuatu. Hal ini memang memudahkan seseorang dalam memahami teori, tetapi membatasi seseorang untuk terbuka akan informasi. Dengan demikian, MBTI tak bisa dijadikan acuan utama memahami kepribadian.

Manusia dengan spektrum karakter yang dinamis tidaklah cukup jika hanya dideskripsikan ke dalam empat huruf MBTI. Oleh sebab itu, sekiranya cukup memanfaatkan MBTI sebagai selingan metode pengenalan karakter diri. MBTI dapat menjadi referensi untuk memahami secuil watak kepribadian diri sendiri dan orang lain. Selebihnya, mengenal diri sendiri maupun orang lain secara mendalam akan lebih efektif dengan fokus terhadap analisis sikap dan perilaku secara langsung. Karena dalam memahami diri, proses adalah bagian esensial yang tak dapat dipisahkan.(*)

 

Ditulis oleh:

Aghnia Tias Salsabila

Departemen Matematika

Angkatan 2022

Reporter ITS Online

Berita Terkait