Kampus ITS, ITS News — Sulitnya penguraian surfaktan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) sebagai bahan dasar sabun cuci, dapat meningkatkan pencemaran ekosistem air. Merespon fenomena tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar pelatihan pembuatan sabun cuci ramah lingkungan di Perumahan Tambak Rejo, Waru, Sidoarjo.
Ketua Tim KKN Mahasiswa, Jonathan Arza Putra menjelaskan, kegiatan yang dinaungi Laboratorium Kimia Material Departemen Teknik Material dan Metalurgi (DTMM) ITS ini bertujuan memberikan edukasi pembuatan sabun berbahan dasar surfaktan Methyl Ester Sulfonate (MES) yang lebih ramah lingkungan dan biodegradable kepada masyarakat.
Biodegradable sendiri memiliki arti dapat terurai dengan alami dalam waktu relatif cepat, sehingga tidak mencemari lingkungan. Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi angkatan 2020 ini menambahkan, sabun cuci yang menjadi pokok edukasi ini telah melewati uji kelayakan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh Kementerian Perindustrian.
Dalam uji kelayakan yang mengacu pada SNI untuk sabun cuci pakaian maupun sabun cuci piring, sabun yang diproduksi dinyatakan layak setelah memenuhi seluruh standar parameter uji. Adapun hasil uji untuk sabun cuci pakaian mencakup nilai pH atau derajat keasaman sebesar 5,12, kandungan bahan tidak larut dalam air sebesar 0 persen, total kadar surfaktan 18,50 persen, serta berat jenis sebesar 1,038 pada suhu 25 derajat celcius.
Selanjutnya, dengan parameter uji yang sama didapatkan pula hasil uji kelayakan untuk sabun cuci piring. Hasil tersebut mencakup nilai pH sebesar 4,19 dari standar uji 3-8, kandungan bahan tidak larut dalam air 0 persen dari standar maksimal 0,1 persen, serta total kadar surfaktan 18,79 persen dari standar minimal 10 persen. “Pengujian berat jenis juga dinyatakan memenuhi karena berada pada angka 1,031 dari standar 1,0-1,5 pada suhu 25 derajat celcius,” lanjut Jonathan.
Dalam kegiatan ini, warga PKK dilatih langsung membuat sabun cuci ramah lingkungan berbahan dasar surfaktan MES. Menurut Jonathan, PKK merupakan kelompok pengguna utama dari sabun pakaian dan sabun cuci piring yang dibuat. Selain itu, kelompok ini dinilai sebagai penggerak kegiatan di desa yang dapat menggaet warga lainnya untuk bergabung dalam pelatihan ini.
Pembuatan sabun cuci piring dimulai dengan proses perebusan MES lalu dituangkan ke ember pengadukan. Selanjutnya, ditambahkan bahan-bahan pelengkap sesuai jenis sabun. Setelah itu, ditambahkan pewangi dan pewarna, kemudian adonan sabun terus diaduk hingga diperoleh kekentalan sabun yang diinginkan.
Terkait persiapan, lelaki asal Surabaya ini membagikan bahwa memerlukan waktu dua bulan untuk melakukan uji coba pembuatan sabun cuci di laboratorium, mematangkan proses pembuatan sabun cuci, hingga melakukan uji kualitas sabun cuci. Selama kegiatan, tim KKN ini turut menggandeng lima orang dosen dari DTMM ITS yang diketuai oleh Haniffudin Nurdiansah ST MT serta sepuluh orang mahasiswa dari DTMM ITS.
Usai pelatihan berlangsung, alumnus SMA Negeri 2 Surabaya tersebut mengaku, warga memberikan respon positif terhadap kegiatan ini. Tak hanya antusias, Jonathan turut menyampaikan bahwa warga memiliki niatan untuk melanjutkan kegiatan pembuatan sabun cuci ramah lingkungan ini. “Dari segi lingkungan lebih aman, biaya pembuatannya juga lebih murah, semoga bisa dikembangkan dan diperbesar skala produksinya,” tandasnya. (*)
Reporter: Shafa Annisa Ramadhani
Redaktur: Shinta Ulwiya
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang