Kampus ITS, ITS News — Setelah rangkaian acara penyambutan mahasiswa baru jenjang sarjana (S1) usai digelar, kini Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menyambut mahasiswa program magister (S2) dan doktor (S3). Penyambutan mahasiswa pascasarjana ITS ini dilakukan pada agenda Informasi dan Pengenalan ITS (IPITS) secara hybrid di Gedung Robotika ITS, Rabu (23/8).
Dalam sesi informasi oleh salah satu Guru Besar Departemen Teknik Elektro ITS, Prof Ir Gamantyo Hendrantoro MEng PhD menjelaskan, pembelajaran di tahap pascasarjana sangat berbeda dengan jenjang S1. Pada strata satu, mahasiswa hanya dituntut untuk mengkaji dampak dari penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara, di tahap pascasarjana khususnya S2, mahasiswa diwajibkan melakukan penelitian berdasarkan ilmu yang logis, pemikiran kritis, serta sistematis.
Lebih lanjut, mahasiswa S3 bahkan diharuskan untuk menemukan dan mengembangkan teori, konsepsi, ataupun gagasan ilmiah yang baru. Gamantyo menjelaskan bahwa penelitian yang menghasilkan gagasan baru bisa menjadi solusi terhadap permasalahan yang saat ini dihadapi oleh umat manusia. “Dapat dikatakan riset adalah pekerjaan penuh waktu bagi mahasiswa pascasarjana,” tuturnya.
Bagi Gamantyo, penelitian merupakan hal yang sangat krusial bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Dirinya mengibaratkan penelitian ini sebagai langkah demi langkah yang membawa kemajuan peradaban manusia. Setiap penelitian meninggalkan jejak yang berguna sebagai referensi bagi peneliti generasi selanjutnya untuk membawa hasil riset menjadi lebih sempurna.
Menyikapi hal tersebut, peraih Young Scientist Award dari International Union of Radio Science (URSI) pada 2005 ini mendorong para mahasiswa pascasarjana untuk memublikasikan hasil penelitiannya agar dapat menjadi sebuah referensi di penelitian berikutnya. “Jangan buat hasil penelitian hanya menjadi tumpukan berkas yang tersimpan di lemari, karena hasil kerja keras itu juga mampu membawa manfaat bagi orang lain,” ucap pria kelahiran Jombang ini.
Pria kelahiran 1970 ini menambahkan, periset juga perlu berhati-hati dalam memilih media publikasi yang akan digunakan. Gamantyo menyebutkan, bila media penerbit memiliki kredibilitas yang kurang baik, maka hal ini tentu akan berakibat pada jumlah pembaca dan reputasi penelitian yang dibuat. “Minimnya jumlah pembaca mengakibatkan sedikit pula orang yang menyitasi atau mengacu hasil penelitian yang dibuat,” terang alumnus Departemen Teknik Elektro ITS ini.
Tak hanya itu, pria yang menjabat sebagai ketua Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) Indonesia Section ini juga mengingatkan bahwa integritas juga perlu dijunjung tinggi dalam penelitian. Salah satu yang ia tekankan adalah mengenai fabrikasi atau manipulasi data. Menurutnya, fabrikasi data tergolong dalam penipuan berat dan berpotensi masuk ke dalam daftar hitam oleh penerbit tertentu. “Meskipun tidak melanggar hukum, tetapi hal tersebut menyalahi etika dalam dunia akademisi,” tegasnya.
Pria yang berhasil mendapatkan gelar profesornya di usia 37 tahun ini juga menekankan bahwa meskipun sudah berhasil menempuh pendidikan tingkat pascasarjana, pemahaman terhadap ilmu dasar tetap tidak boleh dilupakan. “Semua ilmu yang sebelumnya dipelajari di tahap sarjana, akan menjadi dasar untuk melanjutkan di studi yang lebih tinggi, termasuk dalam melakukan penelitian,” terangnya.
Lewat gelaran ini, Gamantyo berharap mahasiswa baru pascasarjana ITS dapat memelopori inovasi-inovasi berkelanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Seperti halnya, beberapa inovasi yang dapat dilihat diantaranya pengembangan bus listrik, i-car, dan robot RAISA yang saat pandemi banyak berkontribusi bagi masyarakat. (*)
Reporter: Muhammad Fadhil Alfaruqi
Redaktur: Frecia Elrivia Mardianto
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi