Kampus ITS, Opini — Strategi mengatur keuangan dengan memotong pengeluaran atau dikenal dengan istilah frugal living menjadi topik bahasan yang cukup hangat di media sosial saat ini. Meski terdengar baik-baik saja, sebagian orang menganggap konsep ini hanyalah bentuk penyiksaan diri. Benarkah demikian? Atau justru inilah strategi yang tepat untuk menyelamatkan masa depan?
Frugal living merupakan konsep hidup hemat dengan menjadikan skala prioritas sebagai tumpuan utama. Skala prioritas ini menentukan kebutuhan apa yang penting, layak, ataupun tidak penting dan tidak layak untuk dibeli. Sederhananya, konsep ini mengutamakan kesadaran dan kecukupan diri untuk tidak mengeluarkan uang pada hal-hal yang sebenarnya tak terlalu digunakan.
Beberapa waktu ke belakang, penerapan frugal living versi sangat terbatas sedang ramai diperbincangkan. Misalnya saja ada yang memilih tidak menghadiri undangan karena tidak mau mengeluarkan uang untuk amplop. Atau ada juga yang tidak menyisihkan sama sekali ruang untuk pengeluaran untuk hiburan atau sekadar jajan. Penerapan konsep yang seperti inilah yang menimbulkan citra buruk dari frugal living. Kenapa? Karena dianggap tidak menaruh kepedulian pada sekitar bahkan pada kesenangan diri sendiri.
Tidak ada batas yang jelas sejauh mana sebenarnya batas cukup pada konsep pengaturan keuangan ini. Namun, terlalu membatasi diri hingga mengganggu hubungan sosial dengan sesama juga tidak dapat dibenarkan. Orientasi hidup hemat sejatinya untuk menabung guna meminimalisasi kesusahan di kehidupan masa depan tetapi bukan berarti menghilangkan kebahagiaan di masa sekarang. Maka dari itu, dibutuhkan pengaturan skala prioritas yang tepat dan bijak dalam konsep ini.
Sebagai mahasiswa, penerapan yang benar terhadap strategi ini dapat menjadi langkah tepat untuk bertahan di tengah pengeluaran yang tak seimbang dengan pemasukan. Penerapannya dapat dimulai dari cara sederhana seperti mengurangi kegiatan nongkrong yang menghabiskan uang untuk sekadar membeli kopi ataupun membatasi diri membeli barang lucu yang sebenarnya tidak berguna. Intinya, semua langkah diambil dengan kesadaran penuh dan memerhatikan skala prioritas.
Tak sedikit orang yang menganut prinsip hidup hanya sekali dan memilih untuk hidup tanpa banyak pertimbangan. Adapula yang menganut prinsip hidup cukup untuk mempersiapkan tabungan di masa depan agar lebih terjamin. Tak ada prinsip yang salah. Namun, dalam semua prinsip dan strategi yang dipercaya hendaklah memahami lebih dulu kebutuhan diri kita. Manusia adalah tempatnya ketidakpuasan dan menjadi sadar adalah pilihan yang tak akan pernah menjerumuskan. (*)
Ditulis oleh:
Shafa Annisa Ramadhani
Departemen Teknik Kimia
Angkatan 2022
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan