Kampus ITS, ITS News – Hidup dalam kondisi lingkungan spesifik, penyebab sulitnya budi daya kepiting bakau. Guna memaksimalkan pembudidayaan kepiting bakau, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil inovasikan sensor pemantau kualitas air, VertiCrab: Smart Vertical Crab House.
Untuk memaksimalkan budi daya kepiting bakau, Koordinator tim KKN Abmas Tiffany Rachmania Darmawan menjelaskan bahwa mitra KKN Abmas, yakni PT Crab Crab Aquatic Surabaya telah memanfaatkan metode budi daya kepiting secara vertikal. Sayangnya, ungkap Tiffany, perusahaan ini masih memiliki kendala dalam menjaga kualitas air. “Ditambah lagi, pemantauan kualitas air masih dilakukan secara manual,” terang Tiffany.
Perempuan asal Gresik ini menerangkan, kepiting bakau memerlukan kualitas air yang spesifik untuk dibudidayakan. Kepiting bakau harus tinggal di air payau dalam rentang suhu 25 sampai 35 derajat celcius serta tingkat keasaman atau pH dalam rentang 7,5 sampai dengan 9. Dengan tujuan membantu pemantauan kualitas air, KKN Abmas ini berhasil mengintegrasikan sensor pada inovasi VertiCrab.
Tiffany menyampaikan bahwa sensor tersebut memanfaatkan tiga indikator untuk memantau kualitas air secara otomatis. Ketiga indikator kualitas air tersebut antara lain temperatur, tingkat keasaman atau pH, serta kekeruhan air melalui parameter Total Dissolved Solid (TDS). “Apabila terdapat kualitas air yang kurang optimal, maka segera mendapat penanganan,” pungkasnya.
Tidak hanya itu, Tiffany beserta 15 mahasiswa tim KKN lainnya juga mengintegrasikan sensor dengan teknologi internet of things (IoT). Dengan IoT, jelas Tiffany, inovasi VertiCrab terhubung dengan sebuah perangkat lunak untuk menjalankan pembacaan sensor-sensor yang terpasang. “Pengguna bisa melihat kualitas air di manapun tanpa harus berada di lokasi,” tutur Tiffany.
Alat ini telah diserahkan kepada PT Crab Crab Aquatic pada 19 September lalu dan sudah beroperasional. Mahasiswi Departemen Teknik Instrumentasi ini menegaskan bahwa alat VertiCrab akan dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan beberapa fitur seperti sensor salinitas, sensor amonia, dan sistem kontrol otomatis.
Melalui penyerahan inovasi VertiCrab kepada mitra, Tiffany merasa senang dapat memberikan kebermanfaatan kepada orang lain. Ia berharap alat ini dapat terus dikembangkan agar dapat memberikan fungsi dan fitur tambahan. “Melalui kombinasi inovasi Verticrab dengan metode budi daya kepiting bakau secara vertikal, harapannya budi daya kepiting dapat dilakukan dengan optimal,” tutup Tiffany penuh harap. (*)
Reporter: Kevin Bahari Pratama
Redaktur: Regy Zaid Zakaria
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi